Trending Topic
Semen di Kaki Dibongkar, 9 Petani Wanita Menunggu Jadwal Pertemuan dengan Presiden Jokowi

14 Apr 2016


Foto: Vini Damayanti

Setelah dua hari disemen, kaki sembilan petani wanita dari Pegunungan Kendeng kini sudah bebas bergerak. Melalui Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Presiden Jokowi meminta para petani wanita tersebut untuk membongkar semen di kaki mereka.
 
Pada tanggal 12 April, sembilan petani yang kerap disebut sebagai Sembilan Kartini Kendeng, yaitu Sukinah, Karsupi, Sutini, Surani, Murtini, Giyem, Ngadinah, Rib Ambarwati, dan Deni Yuliantini, menyemen kaki mereka di depan Istana Merdeka, Jakarta. Aksi ini dilakukan sebagai penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di sepanjang Gunung Kendeng. Selama beraksi, mereka menyenandungkan Gending Jawa Ibu Pertiwi.
 
“Sejak 2013 beredar isu akan ada pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang, kami sudah menolak. Saat peletakkan batu pertama pada tanggal 16 Juni 2014, kami mendirikan tenda perjuangan di pintu masuk lokasi pabrik semen. Ini kami lakukan sejak dulu hingga sekarang sebagai aksi penolakan. Meski dijaga ketat polisi dan diintimidasi, kami tetap berjuang,” ujar Joko Prianto, petani yang mendampingi sembilan kartini kendeng ke Jakarta.
 
Di malam hari dengan semen masih terpasang di kaki mereka, para petani wanita yang berasal dari Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan ini beristirahat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Jakarta. Mereka dibuatkan bilik untuk buang air kecil dan tidur pun tetap di atas kasur—meski kaki tidak bisa bergerak.
 
Keesokan harinya, 13 April  mereka melanjutkan aksi ini dan menuntut untuk bertemu dengan Presiden Jokowi. Mereka pun masih mengenakan kebaya dan caping seperti di hari sebelumnya. Teriknya sinar matahari tidak menyurutkan niat para petani.
 
“Lingkungan akan hancur jika pembangunan semen ini berlanjut. Bagaimana dengan kehidupan anak-anak kami nantinya,” ujar Murtini, salah satu petani, kepada Femina.
 
“Lokasi pabrik semen memang di kawasan perhutani. Tapi, tambangnya di tanah warga—meski belum ada aktivitas. Saat ini dampaknya terhadap perekonomian para petani memang belum terjadi. Namun ke depannya, kami akan sulit bekerja jika lahan terus berkurang. Yang paling parah adalah lingkungan yang dieksploitasi habis-habisan. Nantinya, manusia juga yang akan kena dampaknya,” tambah Joko.
 
Semen di kaki pun dibongkar setelah ada kabar kalau perwakilan Istana akan menemui para petani. Di sore hari, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, didampingi Sekretaris Negara Pratikno, muncul di depan Istana Negara, dan menyalami sekaligus mencium masing-masing petani.
 
Advertisement
Menurut Joko, Teten sudah mendengarkan pendapat para petani yang menolak pembangunan pabrik semen dan akan menyampaikannya kepada Presiden Jokowi.
 
“Pak Teten berjanji akan mengatur pertemuan warga dengan Presiden Jokowi. Nanti, beliau akan menelepon jika jadwalnya sudah ada. Untuk saat ini, kami akan kembali ke kampung dan meneruskan perjuangan di tenda. Sambil menunggu, kami juga akan mengajukan PK (peninjauan kembali) secara hukum,” jelas Joko.
 
Para petani yang memperjuangkan Pegunungan Kendeng ini tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Sejak awal berjuang hingga keberangkatan mereka ke Jakarta, semua diatur oleh para petani sendiri, termasuk dari segi biaya.
 
“Ini yang perlu diketahui masyarakat kalau JMPPK adalah kumpulan para petani. Kami sendiri yang membiayai perjuangan kami, termasuk untuk ke Jakarta,” tegas Joko.
 
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) turut memantau perkembangan kasus petani pegunungan Kendeng ini. Soalnya, nih, pada tanggal 19 November 2014, Komnas Perempuan menerima pengaduan sembilan orang perempuan dari Pegunungan Kendeng mengenai kekerasan dan persoalan yang mereka alami karena pendirian pabrik semen.
 
“Dampak kepada perempuan sangat luar biasa. Mereka kehilangan rasa aman, menerima perlakuan kekerasan, dan sulit berkonsentrasi kerja karena sibuk berjuang,” ujar Yuniyanthi Chuzaifah (Yuni), Wakil Ketua Komnas Perempaun.
 
Komnas Perempuan pun terus follow-up kasus ini, mulai dari kirim surat ke Gubernur Jawa Tengah, konsultasi publik, dan bertemu lagi dengan para petani wanita ini di LBH dan depan Istana Merdeka.
 
“Komnas Perempuan memantau dan mendorong presiden memenuhi janjinya untuk mendengarkan suara perempuan-perempuan ini. Kami harapkan nantinya ada penyelesaian yang cukup serius,” tutup Yuni. (f)
 
 
 
 


Topic

#petanipegunungankendeng

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?