Trending Topic
Laporan FGD: Wanita dan Kefasihan Teknologi, 70% Teknologi Untuk Hubungan Sosial

21 Apr 2016


Foto: Fotosearch

Untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang kefasihan digital dan peran teknologi terhadap peningkatan karier wanita di Indonesia, Accenture bekerja sama dengan femina mengadakan focus group discussion (FGD) pada 1-2 Maret 2016. FGD diikuti oleh 20 wanita bekerja, baik di perusahaan maupun wirausaha. Peserta dibagi menjadi dua kelompok usia. Kelompok pertama terdiri dari wanita berusia 20-25 tahun dan kelompok kedua terdiri dari wanita berusia 26-35 tahun.

“Sejak kapan teman-teman mulai dekat dengan internet dan teknologi digital?” tanya moderator, psikolog Tuti Indra Fauziansyah, membuka diskusi. Hampir semua menjawab: sejak sekolah dasar. Internet sangat memudahkan dan mempercepat penyelesaian tugas-tugas sekolah dan kuliah mereka saat itu.
Kiti Pangemanan (23), pendiri toko online, mengatakan, “Jawaban dari buku sekolah sangat terbatas. Saya cari jawaban pelengkap di internet. Biasanya lewat Wikipedia karena lengkap, mulai dari sejarah sampai perkembangannya.”

Selain informasi yang lengkap dan aktual, sistem navigasi situs web juga jadi faktor pertimbangan menjadikan internet sebagai sumber informasi. Sistem navigasi yang user friendly sangat memangkas waktu pencarian.

Seperti yang dialami Gracia Celestine (23), pendiri toko perlengkapan kecantikan berbasis daring. “Selain Wikipedia, saya juga senang mencari bahan pelajaran dari e-book di internet. Tinggal ketik keywords, langsung keluar semua info yang saya butuhkan. Praktis dan gratis.”

Meski begitu, tidak semua informasi langsung digunakan. “Biasanya sumber yang saya percaya itu link-link yang muncul di page satu sampai page tiga halaman pencarian Google. Saya baca dulu, link itu siapa yang punya. Kalau dari portal berita resmi atau pendidikan yang direkomendasi dosen, saya percaya,” tutur Indah Sanyoto (28), Social Media Officer Yayasan Gerakan Kepedulian Indonesia.

Advertisement
Lalu apa yang terjadi pada mereka seandainya tidak ada internet? Kelompok pertama serempak menjawab, “Kami bisa mati.”  Suara mereka diwakili Meutia Athaya (22), Marketing Executive Fonterra Brands Indonesia, yang bahkan mengakui, “Kalau enggak ada internet, bisa-bisa saya lama lulus kuliah. Semua bahan untuk riset, survei, jurnal akademis, dan makalah itu sebagian besar saya dapat dari internet.”

Sementara kelompok kedua kompak menjawab, “Pendidikan kita enggak akan terlalu terganggu, sih.” Mewakili suara mereka, Jess Lee (28), Financial Consultant Prudential, mengatakan, “Masih banyak sumber informasi lain. Ada buku, majalah, dan koran. Bisa juga tanya ke teman, guru, atau dosen. Fungsi internet hanya memudahkan proses.”
 
Berikut adalah hasil survei tentang gadget dan kefasihan digital, dari 20 wanita peserta FGD:
Penggunaan internet pada wanita usia 20-25 tahun
60% untuk kehidupan sosial.
40% untuk pekerjaan dan pendidikan.

Penggunaan internet pada wanita usia 26-35 tahun
70% untuk kehidupan sosial.
30% untuk pekerjaan dan pendidikan.
(Sumber: FGD Accenture – Femina Women in Digital Fluency 2016)
 


Topic

#WanitadanTeknologi

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?