Foto: Dhanny Indrianto; Pengarah Gaya: Meichella Nancy, Gabriella Pangemanan
Bagaimana Anda menyiapkan mental memasuki ‘hutan belantara’?
Sebelum Mas Agus memutuskan masuk ke dunia politik, saya serius bertanya, apakah ia siap mengubah mind set dari prajurit jadi politikus? Apakah ia siap menyediakan waktu untuk saya dan Aira? Karena bagi saya keluarga tetap yang utama. Saat Mas Agus mantap bilang siap, kami berjanji saling menguatkan agar kami bisa bertahan hidup di ‘hutan belantara’, di mana banyak hewan buas siap menerkam, tidak jelas mana lawan dan mana kawan.
Proses Mas Agus menjadi salah satu Cagub DKI Jakarta yang diusung 4 partai terjadi sangat cepat. Semua terjadi mendadak. Kami tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri secara mental. Dalam waktu semalam, hidup keluarga kecil kami berubah. Dari keluarga prajurit di dunia militer menjadi keluarga yang berkecimpung di dunia politik. Yang penting, saya tahu hati Mas Agus sudah siap dan mantap.
Jika nanti suami Anda benar-benar terpilih jadi orang nomor satu di Jakarta, bagaimana cara Anda mengantisipasi perubahan itu?
Kalau dulu, saya dan Mas Agus berusaha menjauhi isu politik demi menjaga netralitas sebagai prajurit. Kini, kami harus menceburkan diri langsung untuk learning by doing karena kami tidak punya banyak waktu untuk beradaptasi. Harus diakui, cara belajar paling efektif tentang politik adalah dengan terjun langsung. Ternyata, dunia politik cukup menarik. Sejauh ini, empat bulan sejak Mas Agus mendaftarkan diri di KPU, saya merasa sudah beradaptasi dengan baik.
Hal terberat yang dihadapi sejak memasuki dunia politik?
Yang paling terasa berubah adalah hubungan saya dengan teman-teman. Tidak semua teman memiliki pandangan politik yang sama dengan saya. Tentu berat rasanya saat saya tidak bisa lagi berkomunikasi dengan sahabat saya, karena kami berbeda kubu dan pendapat. Beberapa teman kini agak menjauh karena mungkin mereka punya pekerjaan yang berhubungan dengan calon pasangan lain. Tapi itu sudah saya antisipasi, ini bakal terjadi. Ini salah satu pelajaran hidup dari dunia politik yang sudah mulai saya rasakan.
Selama masa kampanye dan jika kelak terpilih, bagaimana Anda menjaga citra suami tanpa perlu kehilangan identitas pribadi Anda?
Secara pribadi, saya merasa tidak perlu mengubah apa pun, tetap jadi diri sendiri. Hal ini juga saya lakukan saat dulu menjadi menantu presiden. Begitulah hasil didikan orang tua saya. Prinsip saya, hargai diri sendiri dan keluarga, itu berlaku di lingkungan apa pun selama saya hidup. Saya hanya berusaha menjadi manusia yang lebih baik saja. Saya rasa, semua orang pun harus belajar untuk menjadi lebih baik tiap harinya.
Bagaimana Anda memandang peran seorang istri Gubernur DKI Jakarta?
Sebagai istri, saya bisa membantu menyukseskan program pemerintah, salah satunya lewat PKK. Saya punya cita-cita untuk membangkitkan dan memberdayakan PKK lebih maksimal lagi. Saat ini bagi sebagian orang, PKK memang tidak lagi dianggap penting. Saya pikir, itu karena PKK diposisikan tidak penting oleh para pejabat yang ada di atas. Perlakuan itu tentu akan tercermin pada program-program PKK yang kurang fokus dan tidak jelas tujuannya.
Kalau PKK memang dianggap penting, seharusnya ada program tahunan yang jelas dan sebagainya. Tanpa program yang jelas, PKK hanya akan jadi ajang kumpul-kumpul saja. Ibu-ibu punya kreativitas yang tinggi, tapi kalau tidak diarahkan dan tidak disiapkan dana untuk pengembangan, ya... kreativitas itu mandek (berhenti). Ini memang bukan kerja mudah. Tapi saya yakin, kalau dibuat program yang jelas serta pendanaan yang transparan, PKK bisa menjadi tools yang bermanfaat untuk pengembangan masyarakat.
Selain di organisasi istri prajurit, selama ini Anda aktif di yayasan sosial dan dunia entertainment. Jika suami Anda terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, bagaimana pengalaman itu akan membantu Anda?
Yayasan Tunggadewi yang saya dirikan tahun 2009 berusaha mengembangkan pusat-pusat belajar nonformal gratis untuk anak-anak dan wanita lewat program Rumah Pintar dan Jendela Dunia. Yayasan ini juga memiliki tujuan pemberdayaan wanita dan kesejahteraan anak. Tugas pokoknya sama dengan PKK, yaitu menyejahterakan keluarga lewat pendidikan dan kesehatan. Ini sesuai dengan passion saya.
Sementara, aktivitas yang saya lakukan di PERSIT sangat mirip dengan aktivitas PKK. Hanya berbeda lingkup. PERSIT di keluarga prajurit, PKK di masyarakat sipil dan semua yang ada DKI Jakarta. Dalam lingkungan prajurit, sebagai istri komandan pasukan, saya juga bertugas mengurus keluarga pasukan. Pengalaman berbicara di hadapan publik juga sudah saya pelajari selama menggeluti dunia entertainment. Pengalaman hidup saya selama ini saling melengkapi.
Bagaimana Anda memandang isu toleransi yang belakangan sering diembuskan?
Apa yang ingin Anda usahakan untuk wanita dan anak-anak di Jakarta?
Saya melihat DKI Jakarta belum menjadi kota besar yang aman dan ramah pada wanita dan anak-anak. Mas Agus punya program bus sekolah agar anak-anak bisa aman dan tidak perlu khawatir soal ongkos transportasi. Untuk menekan angka kekerasan pada wanita dan anak-anak, kami ingin membangun crisis center di tiap kecamatan, sebagai tempat pelaporan dan bantuan.
Tak kalah penting, solusi untuk ibu bekerja. Idealnya, di tiap gedung perkantoran ada daycare agar ibu bisa menitipkan anak dan memantaunya. Saya pikir, perusahaan bisa menjadikannya sebagai program CSR. Menurut saya, wanita dan anak sangat penting dibahagiakan, karena memiliki multiple effect. Saat istri bahagia, sekeluarga bahagia. Kalau istri ngomel-ngomel, perkembangan psikologi anak menjadi tidak baik, suami pun jadi tak tenang bekerja. Kita bisa mengurangi beban wanita dengan cara-cara tadi. Kebahagiaan kota ini bergantung pada kebahagiaan wanita.
Jadi, mengapa suami Anda adalah orang terbaik untuk memimpin Jakarta?
Mas Agus memiliki semua modal yang diperlukan untuk memimpin DKI Jakarta. Ia memiliki latar belakang militer, terlatih untuk menjunjung tinggi nasionalisme dan tidak membeda-bedakan masyarakat. Sejak kecil, ia sudah dididik untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Ia seorang pekerja keras dan bertanggung jawab dengan apa yang sudah menjadi tugasnya. Program-programnya juga menyasar pada kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Saya yakin pada kemampuan Mas Agus.
Komitmen Pasangan Cagub dan Cawagub No 1 Agus & Sylvi untuk Perempuan dan Anak-Anak:
-Meningkatkan kualitas Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang sudah ada.
-Fasilitas menyusui di ruang-ruang layanan publik.
-Jalanan yang ramah anak, wanita, difabel, dan lansia.
-Perumahan yang manusiawi.
-Layanan untuk anak dan wanita yang mengalami trauma akibat penggusuran.
-Meningkatkan akses kredit bagi pelaku usaha menengah dan kecil.
-Jakarta yang lebih hijau.
-Memercayakan wanita sebagai wakil berpasangan dengan Agus. Kami yakin wanita bisa melakukan perubahan untuk menciptakan Jakarta menjadi lebih aman, adil, dan sejahtera. (f)
Baca juga:
Pertimbangkan 4 Hal Penting Ini Sebelum Anda Memilih di Pilkada!
Calon First Lady DKI Jakarta: Veronica Tan Memilih Bekerja di Balik Layar untuk Mendampingi Basuki Tjahaja Purnama
Calon First Lady DKI Jakarta: Fery Farhati Mempersiapkan Generasi Penerus Bersama Anies Baswedan
Nuri Fajriati, Naomi Jayalaksana
Topic
#pilkada