Banyak simpang siur mitos seks ala pria yang beredar sehingga menjadi topik obrolan 'panas'—bahkan berlanjut sampai menggunjingkannya di grup messenger. Ternyata mitos yang paling menancap di benak anak-anak generasi milenial adalah mitos-mitos yang berkaitan dengan fisik. Salah satunya anggapan bahwa size does matter.
Menurut Ian, 24, makin besar penis makin puas pasangan kita. “Wanita itu melihat kita dari ‘kejantanan yang agung’, Bro,” kata staf di salah satu kantor pemerintahan ini begitu yakin. Ia menambahkan ikon terong di belakang kalimatnya. Senada dengan Ian, Lilo, 22, termakan oleh mitos bahwa keperkasaan pria di ranjang dapat dilihat dari penampilan fisik yang macho. Tubuh berotot, suka olahraga ekstrem, dan kulit lebih gelap. “Itu sebabnya sejak kuliah aku ikut Mapala, biar nanti ketika sudah berumah tangga bisa memuaskan pasangan,” ia berdalih.
Benarkah pria perkasa adalah yang mampu melakukan hubungan intim berulang kali dalam satu episode permainan? Belum tentu. Dalam dunia seks, kualitas memang di atas segalanya. Ini sekaligus meruntuhkan mitos bahwa pria hanya mengejar orgasme dalam aktivitas seks. Karena sejatinya, para pria juga butuh dimanja dan disayang oleh pasangannya. Pria pun merasa bahagia jika saat bercinta lebih banyak melibatkan aksi berciuman dan berpelukan. Bagi 'pejantan sejati', kelembutan adalah hal yang utama dalam aktivitas seks.
Ya, mitos memang selalu menyusup di dalam kehidupan untuk membengkokkan pemahaman kita, dan tentu saja agar sebuah perbincangan menjadi lebih seru. Masih banyak lagi mitos yang diyakini kebenarannya, seperti bahwa libido pria lebih besar ketimbang wanita, karena itu pria selalu on dan siap melakukan hubungan intim. Namun, sebenarnya gairah seks tidak pilih gender. Yang membedakan gairah seks antara pria dan wanita adalah stamina, hormon, mood, diet sehat, olahraga, dan jauh dari stres. Jika semua itu terjaga dengan baik, maka siapa pun bisa on. (f)
Topic
#MitosSeks