Sex & Relationship
Hambatan dan Tantangan Menjalin Cinta Lagi Setelah Bercerai

9 Feb 2017


Foto: 123RF


Pernikahan tidak hanya bicara soal menautkan dua hati, tapi juga menyatukan dua keluarga besar. Pemahaman ini menjadi lebih kompleks ketika Anda dan calon pasangan pernah menikah dan sama-sama telah memiliki buah hati. Seperti apa mengelola hubungan ini ketika Anda dan calon pasangan ingin membawa hubungan ke komitmen hidup bersama sebagai pasangan suami-istri?
 
BEBAN MASA LALU
Butuh waktu lima tahun bagi Alexa (36) untuk berani kembali berkencan setelah perpisahannya yang menyakitkan dengan mantan suami. Alasannya klasik, selain butuh waktu untuk menata ulang hatinya yang porak-poranda, ia juga menunggu kesiapan buah hatinya, Noella (8), untuk bisa mengikhlaskan perhatian dan waktunya terbagi dengan ‘orang ketiga’.

 “Masih terekam jelas di ingatan saya ketika Noella menangis hingga menjerit dan meraung-raung karena tak rela saya pergi di akhir pekan untuk dating pertama kalinya setelah lama kembali melajang,” ujar Alexa. Saat itu Noella masih berusia tiga tahun dan tampaknya masih belum bisa berkompromi kalau jatah waktu bersama ibunya dirampas oleh ‘saingan’ barunya.

Alhasil, sepanjang kencan Alexa mengaku tak bisa menikmati sama sekali waktu bersama pria yang tengah melakukan pendekatan dengannya. “Saya bersamanya, tapi pikiran saya terus melayang ke rumah dan tak sabar ingin segera pulang. Saya dihantui perasaan bersalah, teringat wajah anak saya yang memohon untuk tidak ditinggalkan,” kisah Alexa.
Rasa sayangnya yang begitu besar pada Noella akhirnya membuat Alexa rela mengenyampingkan kebutuhannya untuk memiliki pasangan lagi. Bukannya menghabiskan waktu untuk berpacaran, Alexa memilih fokus memberikan perhatian dan waktunya bagi putri semata wayangnya itu.

“Saya tidak bisa egoistis, Noella sudah kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Jangan sampai saya menambah luka hatinya dengan mengabaikan kebutuhannya. Bagaimanapun, ia hanya memiliki saya saat ini dan saya juga harus meluangkan waktu bersamanya,” ungkap wanita yang bekerja sebagai produser sebuah program acara TV dan kerap lembur hingga tengah malam itu. “Saat itu anak saya masih balita, masih butuh ibu banget. Saya enggak mau waktu saya untuk Noella berkurang hanya karena pacaran,” lanjutnya.
Advertisement

Berkencan lagi bagi seorang single parent memang tidak semudah ketika masih berstatus lajang dulu, terlebih jika sudah punya ‘buntut’. Setelah susah payah berjuang melewati proses pemulihan hati, masih banyak tantangan lain yang menghadang. Kurangnya waktu luang untuk me time karena sibuk mengurus dan berjuang menafkahi anak sendirian, adanya penolakan anak akan kehadiran calon ayah barunya, menjadi alasan yang membuat banyak single parent akhirnya memilih untuk tidak menikah lagi.

Psikolog keluarga M.G. Yulistin Puspaningrum memahami kecemasan yang muncul pada diri anak ketika melihat ibunya dekat dengan orang lain. Penolakan biasanya terjadi jika si anak tidak menginginkan perpisahan kedua orang tuanya, masih berharap orang tuanya rujuk, atau khawatir akan diabaikan. “Tapi, lambat laun kondisi ini sebetulnya bisa berubah tergantung bagaimana kita mengomunikasikannya pada anak dan pendekatan calon pasangan pada anak,” jelas Yulistin.

Ia menegaskan, kebutuhan utama anak adalah perasaan aman. “Jika anak melihat perhatian kita tak berkurang kepadanya dan ibu atau ayahnya juga jadi lebih bahagia dengan memiliki pasangan lagi, lambat laun ia pasti akan bisa menerima,” jelasnya lagi.

Lalu, kapan waktu terbaik untuk single parent kembali menjalin hubungan? Menurut Yulistin, momen ini tercipta ketika diri kita dan anak sudah berdamai dengan masa lalu. Artinya, kita sudah bisa memaafkan mantan suami dan menerima realitas, sehingga tidak ada lagi luka batin atau trauma yang dibawa ke dalam relasi yang baru.

“Dulu, saya sempat takut untuk dekat dengan pria lagi. Takut dibohongi, diselingkuhi, dan kembali merasakan sakit hati. Saya sempat menutup hati selama dua tahun,” kisah Alexa.
Hatinya kembali terbuka setelah bertemu dengan Pras (41) setahun lalu. Sama-sama pernah dikhianati dan punya anak, Alexa merasa bisa menemukan ‘teman senasib’.

“Pastinya, kami berdua sama-sama belajar dari kesalahan dan bertekad membangun hubungan yang lebih baik dari sebelumnya,” ungkap Alexa. Ia pun merasa sudah memaafkan mantan suaminya dengan tidak lagi merasa marah atau tersakiti ketika memikirkan masa lalu. Bahkan, ia kembali menjalin hubungan baik sebagai teman dengan mantan suaminya. Begitu juga dengan Pras. (f)
 



Topic

#jatuhcintalagi

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?