Reviews
Monokrom, Sebuah Karya Tulus untuk Mengingat Warna Kehidupan

9 Aug 2016


Foto: TulusCompany
 
Setelah dua tahun diluncurkannya album kedua bertajuk Gajah, musikus Tulus akhirnya resmi menelurkan album ketiganya, tepat 3 Agustus lalu, kali ini diberi judul Monokrom.  Album ini dibuat Tulus sebagai ungkapan terima kasih untuk orang-orang yang telah membetuk pribadinya selama melewati proses hidup yang telah dijalani sejak dulu, sekarang, hingga selanjutnya.
 
Total ada 10 lagu dalam album Monokrom. Berbeda dengan dua album sebelumnya, Monokrom memberikan nuansa musik Tulus yang baru. Kolaborasi dengan The City of Prague Philharmonic Orchestra, Republik Ceko, di beberapa lagu agaknya memberikan pengaruh besar dalam warna musik Tulus kali ini. Membuatnya lebih terdengar grande, tetapi tetap easy listening di saat yang bersamaan.
 
Unsur string section terdengar kental di lagu Pamit sejak awal lagu. Lagu tentang perpisahan dengan lirik yang sederhana ini pun menjadi terdengar indah, romantis, sekaligus dramatis, hingga mampu menyentuh emosi pendengar. Berbeda dengan lagu Ruang Sendiri yang menceritakan pentingnya rindu, ditampilkan lebih ringan dengan alunan harmonika yang merdu dari Rega Daunan. Latar vokal bersahutan yang belum pernah dilakukan Tulus sebelumnya membuat lagu ini makin menarik.
 
Melodi yang lebih riang lagi terdengar pada lagu Tergila-gila. Tepat menggambarkan semangat jatuh cinta penasaran ingin menaklukkan hati seorang wanita.  Sementara lagu Langit Abu-Abu menceritakan seseorang yang menjadi penenang kegundahan namun dilupakan ketika punya rasa—dijamin membuat siapapun yang mendengar dan pernah merasakan mengingat kembali momen mencinta yang salah. Sendu namun apik dalam balutan dentingan piano yang bersih.
 
Advertisement
Album Monokrom ditutup dengan lagu berjudul sama, yang bermelodi ringan dengan kolaborasi string section dan lirik yang sangat bermakna. Flashback ringan Tulus ke masa lalu mengingat baiknya hati sang ibu dan orang-orang di sekitarnya yang telah memberikan banyak warna dalam hidupnya. Sempurna menjadi penutup album ini.
 
Kali ketiga Tulus dan produser Ari Renaldi bekerja sama. Dalam kerja samanya kali ini sangat terlihat mereka mencoba banyak bereksperiman dalam musik untuk menampilkan nuansa baru, mulai dari memasukkan unsur string section, harmonika, ukulele, hingga banjo. Namun, tak ada melodi kecanggungan yang terdengar. Mereka seperti sudah tahu ke mana album ini akan dibawa dan bagaimana album ini akan ditampilkan ke pendengar.
 
Banyak memasukkan unsur baru tak membuat musik Tulus kehilangan cirinya. Lirik yang sederhana, humanis, dengan sudut pandang di luar biasanya masih menjadi kekuatan musik Tulus. Tema cinta, suka, sehari-hari antarmanusia mengambil bagian besar dari keseluruhan album ini. Namun Tulus mampu menyampaikannya secara manis dengan lirik yang di luar imajinasi biasanya membuat pendengar tak bosan, terus memutar dari lagu ke lagu. Mendengarkan Monokrom akan membuat Anda mengingat banyak kenangan jatuh cinta, perpisahan, optimisme mengejar mimpi, kenangan bahagia masa dulu dan perjalanan kehidupan lain.
 
“Monokrom tidak hanya hitam putih, monokrom itu dua spektrum warna. Saya berimajinasi seperti melihat lembaran foto hitam putih. Dengan melihat foto hitam putih otak kita bekerja dan berimajinasi untuk mengingat kembali warna yang sebenarnya,” ujar Tulus. (f)
 

Foto: TulusCompany
 


Topic

#albumbaru

 


MORE ARTICLE

polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?