Foto: dok.pribadi
Apa hubungan antara sakit gigi dengan hutan? Meski awalnya terdengar aneh, dua hal inilah yang menjadi fokus pelayanan Hotlin. Ia tak hanya mengobati sakit gigi penduduk tertinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan, tapi juga menumbuhkan hutan-hutan yang ‘ompong’ karena praktik pembalakan liar.
Dedikasinya ini bermula saat seorang rekan mengenalkannya dengan dr. Kinari Webb, seorang dokter asal Amerika Serikat yang memiliki kepedulian pada konservasi hutan. Perkenalan melalui e-mail itu sangat menginspirasinya. Dokter Kinari sebelumnya pernah melakukan ekspedisi penelitian primata di Gunung Palung, Kalimantan Barat, dan tengah mencari tempat yang ingin dikembangkan untuk menyelamatkan alam dan kesehatan.
“Saya tertarik dengan ide dr. Kinari untuk melestarikan hutan dengan cara membantu kesehatan masyarakat sekitarnya,” ujar wanita kelahiran 19 Juli 1974 ini. Keduanya mulai aktif mengunjungi masyarakat sekitar, bertemu dengan pemerintah, mengemukakan ide mereka untuk mendirikan organisasi yang di dalamnya terdapat klinik kesehatan.
Pada Maret 2007, mereka dan satu rekan lain, dr. Romi Beginta, berhasil mendirikan organisasi Alam Sehat Lestari (ASRI) yang terletak di pinggir Taman Nasional Gunung Palung, Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Kendala yang mereka hadapi adalah perizinan yang sulit. Namun, itu semua bisa diatasi dengan komunikasi yang baik dengan pemerintah.
“Kami memilih lokasi di sana karena kondisi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat di sana masih rendah. Selain itu, hutan di sana kaya akan keanekaragaman flora dan fauna yang perlu dijaga,” ujar Hotlin, anak ke-3 dari 4 bersaudara.
Berdasarkan pengamatannya, masyarakat di sana beberapa kali menebang hutan hanya untuk membayar biaya pengobatan. Mahalnya biaya berobat dan impitan ekonomi membuat masyarakat mudah terjerat praktik pembalakan liar.
Untuk itulah, ia dan rekan sesama dokter membangun fasilitas kesehatan dengan sistem pembayaran pengobatan yang unik, yaitu pembayaran non-tunai. “Pasien membayar menggunakan bibit pohon yang bisa kami tanam di hutan gundul. Bibitnya bisa mereka dapatkan dengan masuk ke hutan. Hanya butuh waktu dan tenaga, tidak perlu mengeluarkan uang,” ujarnya.
Tiap bibit pohon yang diserahkan, ada nilai tertentu yang tercatat di sebuah kartu. Catatan itulah yang digunakan sebagai pembayaran untuk pengobatan. Misalnya, 1 bibit kayu pelanjau dihargai Rp6.000. “Prinsipnya seperti kartu pembayaran elektronik di halte TransJakarta. Bedanya, ini masih dicatat manual,” jelas Hotlin.
Tak hanya bibit pohon, masyarakat juga dibolehkan menyerahkan sekam atau kotoran sapi yang berguna sebagai pupuk kandang. Tentu nilai rupiahnya akan berbeda. “Bibit yang diserahkan oleh pasien kemudian akan ditanam oleh tim kami,” ungkap Hotlin.
Selain itu, organisasi ASRI juga membedakan desa yang melindungi hutan, biaya pengobatan pasiennya lebih murah. Desa hijau adalah desa yang tidak terdapat kerusakan lingkungan, seperti illegal logging dan pembakaran hutan. Masyarakat desa Hijau akan mendapat diskon 70% untuk biaya pengobatan mereka.
Desa Kuning, desa yang sudah ada pengurangan aktivitas kerusakan tapi masih ada mendapat diskon .Sedangkan desa merah, yang terdapat kerusakan hutan masih akan mendapatkan layanan seperti masyarakat desa hijau dengan potongan harga 30%. Desa Ungu desa yang tinggal diluar kawasan dilayani sama tapi tidak ada diskon.
Meski bisa saja organisasi ASRI memberikan sistem pelayanan gratis bagi pasien, hal itu justru tidak mendidik. Sistem pembayaran non-tunai yang diterapkan Hotlin karena ia ingin masyarakat setempat punya rasa memiliki hutan yang mereka tanam.
“Dengan melibatkan upaya dari masyarakat, mereka akan lebih merawat hutan yang tak hanya berguna bagi mereka, tapi juga bagi paru-paru dunia,” jelas wanita yang sempat mengenyam kuliah sosial kemasyarakatan selama satu tahun di Redcliffe College, University of Gloucesthire, Inggris, ini.
Keberhasilannya menyelamatkan hutan gundul dengan melibatkan warga sekitar membuat Hotlin mendapatkan penghargaan Whitley Awards 2011. Ini adalah penghargaan tahunan yang diberikan oleh Putri Anne dari Kerajaan Inggris kepada orang-orang yang telah membantu masyarakat di seluruh dunia.
Topic
#WanitaHebat