Foto: Dok. Pribadi
Berada di posisi karier yang mapan ternyata tak benar-benar membuat Lucy merasa ‘nyaman’. Ia mendambakan pekerjaan yang bisa menantangnya untuk mengeksplorasi diri lebih luas lagi.
“Saya pikir, kesempatan itu bisa saya dapatkan jika bekerja di perusahaan berbasis teknologi. Terlebih lagi, kini anak-anak saya sudah beranjak remaja dan tumbuh besar dengan teknologi. Sebagai orang tua, saya harus lebih mengerti tentang dunia tempat mereka tumbuh besar. Dan bekerja di Kaskus mungkin bisa jadi jawaban untuk lebih memahami hal ini,” paparnya.
Akhirnya, awal tahun 2017, Lucy menjadi Creative & Digital Strategy Director di Kaskus. Walaupun entitas pekerjaannya di Kaskus sama dengan pengalaman bekerja sebelumnya, ternyata Lucy tetap harus belajar memahami dunia baru itu. “Tiga bulan pertama saya kaget, karena ritme kerjanya sangat cepat. Berbeda dengan di agensi iklan dulu yang butuh waktu 2-3 minggu untuk sebuah proyek. Kalau sekarang, bahkan saya harus bisa melakukan hanya dalam waktu 1 hari saja,” ceritanya.
Lucy tak membiarkan dirinya terlalu lama ‘beradaptasi’ pada dunia kerjanya yang baru ini. Ia harus bisa menjadi bagian dalam perkembangan dunia kariernya. Bahkan, tugasnya bukan hanya lagi mencari ide-ide terbaik untuk promosi dan kampanye, tapi ia juga harus bisa menemukan solusi dengan sangat cepat jika ide tersebut tak berhasil diimplementasikan dan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Di sisi lain, diakui Lucy, ia jadi lebih banyak bekerja dengan generasi-generasi yang lebih muda. Menurutnya, di sinilah dibutuhkan pemikiran yang terbuka untuk berkolaborasi dengan mereka.
“Jangan pernah berpikir, karena kita lebih tua dan berpengalaman, maka kita lebih hebat. Percayalah, terkadang mereka yang kata orang ‘masih anak bawang’ justru lebih hebat, cepat, dan pemikirannya lebih maju. Maka dari itu, kita harus lebih terbuka untuk berkolaborasi dengan mereka,” papar Lucy, yang juga mengingatkan bahwa communication soft skill juga sangat dibutuhkan karena bekerja dengan anak-anak muda membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Bekerja di industri dengan perubahan yang sangat cepat, Lucy belajar untuk fokus, tidak malu belajar hal baru dan compartmentalizing. “Ini adalah kemampuan mengategorikan prioritas dalam otak, dan melakukannya satu per satu dengan fokus. Cara ini bisa membantu kita untuk lebih fokus menyelesaikan pekerjaan dengan cepat,” saran Lucy, yang tertantang untuk membuat usaha startup sendiri karena ingin mematahkan stereotip bahwa orang yang kerja di bidang kreatif tidak bisa menjalankan bisnis sendiri. (f)
Baca Juga:
Marcella Einstein, VR Product Tiket.com dan Founder Indonesia Flight
Gantung Raket Setelah 24 Tahun, Ini 15 Fakta Liliyana Natsir a.k.a Butet
Khofifah Indar Parawansa, Konsisten Berjuang Di Jalur Sepi
Topic
#profiel, #wanitakarier