Foto: Femina Media/ Shinta Meliza
Berawal dari kecintaan Helga Angelina akan makanan sehat, lahirlah Burgreens, sebuah restoran yang mempromosikan gaya hidup sehat. Bersama Max Mandias, kekasih yang kini menjadi suaminya, Helga membangun Burgreens pada November 2013.
“Kami sepakat mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan passion, yaitu makanan sehat,” terang Helga.
Burgreens berasal dari kata ‘burger’ dan ‘greens’. Burger melambangkan makanan yang disukai banyak orang. Sementara greens melambangkan sumber nabati, ramah lingkungan, dan sehat.
Walaupun nama restoran ini berasal dari kata burger, bukan berarti Burgreens hanya menyediakan roti bundar tersebut. Burgreens menyajikan ragam hidangan lezat bergizi seimbang.
“Dalam satu porsi menu harus ada karbohidrat baik, sayur, dan protein yang bersih,” ucap Helga.
Protein bersih yang dimaksud Helga adalah protein yang tidak mengandung kolesterol, hormon, pestisida, pengawet, dan bahan kimia yang mengganggu kesehatan manusia.
“Kami juga menggunakan protein berbasis nabati,” lanjut Helga. Ketimbang menggunakan daging, Burgreens memakai tahu, tempe, jamur, kacang hijau, kacang merah, dan sejenisnya untuk sumber protein.
Salah satu contoh, Burgreens menyajikan vegan rendang platter sebagai menu andalan. Alih-alih menggunakan daging sapi, rendang ini terbuat dari jamur. Sementara, nasinya terbuat dari beras merah organik yang kaya serat dan mineral.
“Kalau seporsi makanan di restoran Minang, sayurnya kan sedikit. Sementara yang ini seimbang,” jelas Helga.
Max, suami Helga, berperan sebagai executive chef sekaligus nutritionist. Menurut Helga, tak sulit bagi Max menciptakan makanan enak berbasis nabati. Ia memandang kreasi menu sebagai proses kreatif yang menyenangkan ketimbang sebuah tantangan.
Apalagi menu Burgreens sesungguhnya merupakan hasil kreasi ulang jenis makanan yang sudah ada. Bagi Helga ini justru bagian paling menyenangkan dari bisnis.
“Misalnya bagaimana menciptakan burger vegan yang enak. Maka kami memikirkan bahan-bahan pembuat burger berbasis nabati yang organik. Kami membuat sendiri mayonnaise lewat eksperimen bahan-bahan, misalnya menggunakan tahu dan kacang mede,” jelas wanita kelahiran Jakarta tersebut.
Kecintaan Helga akan makanan sehat tak muncul begitu saja. Dua puluh sembilan tahun lalu, alumni Arnhem Business School Belanda ini terlahir sebagai bayi yang rentan penyakit.
Helga kecil menderita beberapa penyakit kronis kambuhan, yaitu asma, sinusitis, dan eksim. Menginjak usia 15 tahun ia mengalami gangguan liver karena telah mengkonsumsi obat dan antibiotik untuk mengatasi penyakitnya dalam jangka waktu lama.
Ingin memperbaiki keadaan, Helga mulai rajin mencari buku-buku metode penyembuhan. Buku yang paling menarik perhatian Helga adalah Food Combining karya Andang Gunawan.
Dari buku yang menjelaskan tentang pola makan untuk penyembuhan inilah ia terinspirasi menjadi vegetarian. Dua tahun setelah menjalani pola makan tersebut, wanita kelahiran 2 Desember 1990 ini sembuh dari penyakit asma, sinusitis, dan eksim.
”Di usia 17 tahun kondisi kesehatan saya jauh lebih baik,” ujarnya. Sejak itu, Helga makin menggemari makanan sehat dan membangun bisnis beberapa tahun kemudian.
(Lanjut ke halaman berikutnya)
BACA JUGA:
Bisnis Jamu Dailywell Berawal dari Jus Bawang Putih
Edward Tirtanata, Sukses Menjual 1 Juta Kopi Kenangan Setiap Bulan
Elin Waty, Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia : Memulai Dari Nol
Topic
#HelgaAngelina, #burgreens, #pangansehat, #makanansehat