Rendhy, Bambang, dan Doddy dengan karya mereka
Membangun atau merenovasi rumah dengan hasil maksimal ternyata perlu trik. Ada banyak faktor teknis dan nonteknis yang perlu diperhitungkan. Faktor teknis misalnya ukuran bangunan, biaya yang harus dikeluarkan, waktu yang siap terbuang, hingga penentuan arsitek atau desainer interior yang bisa membantu mewujudkan keinginan. Faktor nonteknis misalnya apakah ada kecocokan antara ide dan selera pemilik rumah dan arsiteknya. Menyatukan dua sudut pandang berbeda antara si arsitek atau desainer interior dengan Anda sebagai pemilik rumah wajib dilakukan untuk memberi hasil akhir pembangunan atau renovasi rumah yang maksimal. Femina berbincang dengan tiga orang arsitek dan desain interior, Doddy Sunarya, Bambang Wicaksono, dan Rendhy Octavian. Ternyata dari cara kita berhubungan dengan arsitek atau desain interior, kita bisa kita pemilik rumah tipe apa.
Beragam tipe klien dengan segudang permintaan sudah menjadi makanan sehari-hari arsitek dan desainer interior seperti Doddy Sunarya, yang telah menekuni bidang arsitektur selama 13 tahun. Dari pengalamannya menangani banyak klien, ia bisa mengategorikan para pemilik hunian ini menjadi beberapa tipe. Ada klien yang menerima berbagai ide dan memberikan kebebasan penuh dalam desain, klien yang sudah memiliki keinginan tertentu, tapi sulit mengomunikasikannya, dan klien yang tidak tahu pasti apa keinginannya serta cenderung menolak solusi yang ditawarkan. Anda tipe yang mana?
“Untuk tipe klien terakhir, saya harus lebih sabar dan detail dalam menjelaskan desain agar tidak salah persepsi dan pemahaman. Tiap tahap pengerjaan proyek harus mendapat persetujuan karena keinginan mereka cenderung berubah-ubah,” ungkap arsitek dari Cipta Prima Desain ini.
Berbeda dengan arsitek Bambang Wicaksono yang justru menganggap keinginan, kebutuhan, dan anggaran menjadi bagian tersulit dalam proses kolaborasi antara pemilik hunian dan arsiteknya. Banyak terjadi, anggaran dan keinginan klien kurang sejalan dengan kebutuhan yang sebenarnya yang terjadi di lapangan.
Untuk menghadapi tipe klien seperti ini, Bambang berusaha bijak sambil terus mencari solusi konkret. Cara terbaik yang ditempuh adalah dengan mengedukasi klien lewat berbagai saran agar mau mengikuti alur rancangan awal. Bagaimanapun, rancangan harus ada pertanggungjawabannya.
Kesulitan menyatukan keinginan klien dengan rencana si perancang juga diakui Rendhy Octavian. Bahkan, bisa dibilang ada beberapa klien yang cukup bebal dengan saran dan arahan yang diberikan. Bukan karena tidak menyukai layout desain, tetapi karena klien sudah memiliki pertimbangan sendiri.
“Biasanya, klien yang menggunakan jasa desainer interior adalah tipe yang pandai dan memiliki pengetahuan tentang desain. Pengetahuan ini membentuk taste mereka terhadap gaya hunian yang diminati,” jelas desainer interior dari Diagram Studio ini.
Untuk menghindari bentrok ide, Rendhy punya kiat. Ia sengaja memperkenalkan gaya desainnya di Instagram agar klien bisa mengerti style-nya. Dengan cara ini, hanya klien yang suka pada tipe rancangannya yang akan menghubunginya. “Start seperti ini memudahkan saya dalam melakukan pendekatan dan brainstorming dengan klien karena kami punya referensi yang sama dalam look design awal,” paparnya. (f)
Nathania Hapsari
Topic
#DesainInterior