Foto: dok. Shutterstock
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, sebanyak 71,46% masyarakat diketahui melakukan swamedikasi (pengobatan mandiri di rumah) daripada berkonsultasi ke dokter sebelum pengobatan. Angka ini terus meningkat sejak tahun 2017 hingga saat ini. “Pada umumnya, swamedikasi terpicu oleh tingkat kecemasan orang tua. Yakni ketika anak sakit, orang tua ingin secepatnya memberikan obat kepada si kecil,” ujar dokter Devie lagi.
Alasan ini dibenarkan juga oleh Nagita Slavina, selebritas juga ibu 2 anak yang mengaku kadang kecemasan saat anak sakit membuatnya melakukan praktik swamedikasi sesekali di rumah. “Kalau anak sakit apalagi pandemi, kan mereka rawan batuk dan pilek. Kadang berpikir langsung ‘Aduh, kenapa ini?’ Dan tentunya ini membuat panik,” ujar Nagita menjelaskan pengalamannya.
Masih menurut Nagita, saat tengah panik dirinya berusaha menarik napas dan mencoba berpikir jernih sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan.
Tidak Semua Obat Bisa Digunakan untuk Anak
Untuk masyarakat yang masih memilih swamedikasi, tidak bisa disalahkan. Beberapa pertimbangan memerlukan pilihan orang tua untuk melakukan swamedikasi. “Selain pemilihan obat diperhatikan, perlu diperhatikan berapa lama swamedikasi sudah dilakukan,” jelas dokter Devie. Ia pun menyarankan para orang tua untuk segera konsultasi ke dokter jika setelah melakukan swamedikasi selama 2 hingga 3 hari kondisi anak belum juga membaik.
Sependapat dengan saran dokter, Nagita juga mengangga konsultasi dengan dokter masih merupakan cara terbaik ketika mengobati anak yang sedang sakit.
Baca Juga:
Kenali Alergi, Penyakit yang Bisa Diobati dengan Swamedikasi
Cara Mudah Melatih Anak Minum Obat Pil
27,67% Balita Indonesia Mengalami Stunting, Bagaimana Menghindarinya?
Laili Damayanti
Topic
#swamedikasi, #anak, #sakit, #penyakit