Foto: Dok.Sbs,Dok.Youtube/Mange Tout,
Makan disaksikan seluruh dunia? Inilah yang menjadikan tren mukbang merebak. Berawal dari Korea, lalu ke Jepang, Eropa, Amerika, dan Indonesia juga tak ketinggalan! Sebenarnya, seperti apa fakta sehat dan tidak sehat di balik fenomena mukbang? Health & Fitness Educator Jansen Ongko membantu kita agar tidak ‘tersesat’ dalam tren ini.
Show Makan-Makan
Pengobat kesepian para lajang atau pasangan yang telah berpisah. Begitulah pernyataan dari kritikus budaya Asia-Amerika dan Senior Vice President The Futures Company, sebuah lembaga penelitian global, dari Korea Selatan, Jeff Yang, saat menjelaskan fenomena mukbang yang tren pada tahun 2009-2010. Di luar itu, mukbang juga mewakili aspek sosial dari tradisi makan di Korea Selatan, di mana orang selalu makan bersama sambil bercakap-cakap.
Istilah mukbang berasal dari kata ‘meokneun’ (makan) dan ‘bangsong’ (menyiarkan). Tren mukbang adalah rekaman video orang yang tengah makan dalam jumlah porsi superbesar sambil bercakap-cakap dan berinteraksi dengan ‘audiensi’ yang disiarkan melalui media online. Aksi live mereka ini bisa disaksikan melalui saluran streaming Afreeca (Any Free Broadcasting). Makin terhibur audiensinya, makin banyak ‘balon’ donasi yang mereka terima dan bisa diuangkan.
Mukbang juga memiliki selebritasnya sendiri. Dari Korea Selatan, ada Park Seo-Yeon atau biasa dikenal dengan BJ (Broadcast Jockey) Diva, yang pada tahun 2014 bisa meraup untung hingga 9.300 dolar AS per bulan dari donasi penggemarnya. Kemudian BJ Fitness Fairy (31), wanita mantan atlet binaraga, yang dalam seminggu bisa meraup pemasukan hingga 4.000 dolar AS! Tren ini kemudian menjalar hingga ke Jepang, Eropa, Amerika, dan Indonesia.
Namun, dalam jangka panjang, faktor muatan emosional, seperti rasa kesepian, bisa jadi melatari aktivitas mukbang ini. Tak jarang mukbang show pada akhirnya menggiring seseorang pada binge eating, atau perilaku mengonsumsi makanan secara berlebihan tanpa bisa mengontrol atau menghentikannya. Mereka akan terus makan, walau sudah merasa kenyang, sehingga berisiko overweight atau kelebihan berat badan. Mereka akan merasa bersalah, tapi tidak melakukan tindakan apa pun untuk mencegah kelebihan bobotnya.
“Tidak semua pelaku binge eating mengalami kelebihan berat badan. Ini terutama disebabkan oleh anomali genetis yang memengaruhi regulasi metabolisme dan kapasitas penyimpanan lemak tubuh manusia yang berbeda tiap orang,” jelas Jansen.
Oleh sebab itu, tren mukbang ini, apabila disikapi dengan cara yang salah, akan sangat membahayakan kesehatan. Apalagi jika jenis makanan yang dikonsumsi adalah jenis fast food, seperti pizza, burger, ayam goreng, mi instan, donat, dan cokelat, yang sayangnya menjadi pilihan jenis makanan yang banyak dikonsumsi dalam aksi mukbang.
Jansen menambahkan, kebiasaan makan terlalu cepat oleh kebanyakan mukbangers (pelaku mukbang) akan menyebabkan makanan tidak terkunyah dengan baik sehingga memberatkan kinerja organ pencernaan. “Usus dan organ pencernaan lainnya akan bekerja lebih berat, dan proses penyerapan nutrisi pun menjadi tidak maksimal,” lanjut Jansen.(f)
Topic
#makansehat