Health & Diet
Aturan Aman Konsumsi Suplemen Berbahan Herbal

14 Dec 2016


Foto: 123RF
 

Kata herbal seolah punya magnet tersendiri di dunia kesehatan. Dipandang sebagai alternatif yang relatif aman karena berasal dari alam, beragam produk berbahan herbal kini beredar di pasaran. Tak asing dengan jamu yang dikonsumsi turun-temurun, masyarakat Indonesia kini tengah demam tren suplemen makanan berbahan herbal. Bagaimana cara memaksimalkan manfaatnya?


Bukan Jalan Pintas

Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam mengonsumsi suplemen. Pertama, suplemen  tidak menggantikan makanan ataupun manfaat farmakologi tertentu. Kedua, jangan mengonsumsi suplemen makanan dengan perut kosong, kecuali memang disarankan demikian, karena dapat memicu produksi asam lambung berlebihan. Ketiga, pahami bahwa suplemen makanan adalah produk yang dikonsentrasikan, sehingga kandungan airnya sudah menyusut jauh. Karena itu, bila mengonsumsi suplemen, kita harus meningkatkan konsumsi air minum untuk meminimalkan risiko dehidrasi. Jangan pula meminum suplemen herbal dengan kopi, teh, susu, ataupun alkohol, karena bisa menetralisasi  zat yang terkandung di dalamnya.

Selain sebagai herbal yang memiliki sifat obat-obatan (farmakologi), tumbuhan juga dikonsumsi sebagai makanan (nutrisi). Dalam kaitannya sebagai suplemen, ada sebagian jenis yang masih bisa dimakan, meskipun dalam jumlah terbatas, misalnya bawang putih dan kunyit sebagai bumbu masakan.

Selain zat nutrisi yang memang dibutuhkan tubuh, seperti vitamin, mineral, dan antioksidan, ada daerah bayang-bayang yang disebut nutraceutical, yaitu zat yang sifatnya di antara nutrition (makanan) dan pharmaceutical (obat-obatan). Daerah inilah yang sering kali ‘dihuni’ oleh bahan-bahan herbal. “Oleh karenanya, perlakukan suplemen berbahan herbal seperti obat, dan sesuaikan pemberiannya dengan kondisi tubuh,” pesan Emilia.

Suplemen herbal sah-sah saja dikonsumsi bila sedang kelelahan dan kondisi tubuh kurang fit. Kombinasi pun dimungkinkan, misalnya memadukan ekstrak meniran dan ekstrak jintan hitam untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Advertisement

Sementara itu, bila sudah pada kondisi sakit, yang lebih kita butuhkan adalah produk yang sifatnya medikasi. Produk ini bisa berupa obat, herbal, maupun tambahan asupan vitamin, tergantung apa yang dibutuhkan menurut dokter.

Namun, jika ingin mengombinasikan obat dengan suplemen herbal, berkonsultasilah dulu dengan dokter. Misalnya, dokter sudah meresepkan sekian macam obat, termasuk penambah daya tahan tubuh, maka yang terakhir ini bisa dikurangi bila Anda memilih mengonsumsi suplemen herbal berupa jintan hitam. Yang perlu diingat, bila sudah sampai sakit, jangan coba-coba menjadi dokter untuk diri sendiri, karena kadang-kadang itu justru bisa memperparah kondisi.

Sayangnya, banyak orang kini melirik suplemen sebagai penambal pola hidup yang tak sehat, seperti makan seimbang dengan alasan malas atau tak suka jenis makanan tertentu. Hal ini juga disebabkan karena ada begitu banyak pilihan suplemen, menimbulkan kecenderungan untuk lapar mata dan terlalu mengikuti nafsu makan, dengan pikiran, “Ah, mumpung masih muda!” Gaya hidup demikian akan berdampak pada kondisi kesehatan, seperti naiknya kadar gula dan kolesterol darah.

Agar dapat memilih jenis suplemen herbal yang sesuai dengan kebutuhan, kenali kondisi tubuh Anda dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Setelah usia 30 tahun, pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan tiap tahun. Pemeriksaan kesehatan justru harus dilakukan demi mengetahui kondisi kesehatan, agar kita dapat lebih bijaksana dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, bukan malah menunggu sampai sakit. Bila tidak, kita malah akan membeli berbagai suplemen yang tidak kita butuhkan, dan akhirnya malah bisa menimbulkan masalah kesehatan baru. Padahal, suplemen kesehatan harganya tidak murah.

Suplemen yang berkualitas bisa dikonsumsi dalam jangka panjang untuk mendapatkan manfaatnya secara terus-menerus, selama sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jangan lupa memeriksa dosisnya, apakah sudah memenuhi 100 persen kebutuhan zat tersebut dalam sehari atau justru berlebih, seperti vitamin C dosis tinggi sampai lebih dari 1.000 miligram yang sering dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Emilia berpesan, lebih baik  minum suplemen yang memenuhi 100 persen kebutuhan harian tubuh secara rutin daripada  minum suplemen dosis tinggi sesekali. Tak perlu menghentikan asupannya dengan alasan khawatir tubuh akan kebal dengan manfaat dari suplemen tersebut, karena konsep berhenti mengonsumsi suatu asupan erat kaitannya dengan medikasi.

Mengombinasikan suplemen herbal ekstrak tunggal boleh saja, bila memang ada kebutuhan. Tapi, lakukanlah itu setelah memahami produknya dan berkonsultasi dengan orang yang memiliki kapasitas untuk itu, misalnya tenaga kesehatan. Jangan lupa,  makin banyak jenis suplemen  yang diminum,  makin banyak air minum yang dibutuhkan.

Alternatif   lain adalah mengonsumsi satu jenis suplemen herbal selama sekitar dua minggu hingga sebulan, lalu ‘beristirahat’ selama seminggu. Setelahnya, Anda dapat lanjut mengonsumsi atau mengganti dengan jenis lainnya, untuk merasakan manfaat yang lain sesuai kebutuhan. Jika perlu mengonsumsi suplemen, baik itu herbal maupun suplemen vitamin atau mineral, selama lebih dari dua bulan, sisihkan satu atau dua hari ‘libur’ dalam sepekan.(f)



Topic

#obatherbal

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?