Dok. LSPR
Kurang lebih sepuluh dosen dan seratus mahasiswa sibuk mengajarkan kepada warga bagaimana berinternet sehat dan ramah anak. LSPR tak bekerja sendirian. Instansi pendidikan swasta ini bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, ICT Watch, Yayasan Sejiwa, Forum Anak DKI Jakarta dan Traditional Games Return Community.
“Penelitian oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 menyatakan, 768 ribu anak Indonesia usia 10-14 tahun telah rutin mengakses internet. Edukasi ini penting dilakukan untuk meminimalisir bahaya internet seperti cyberbully, terpapar konten negatif, menjadi korban dari pelanggaran privasi, dan juga dampak negatif lainnya. Selain itu kami juga mengajak orang tua untuk dapat memberikan teladan dalam menggunakan internet secara bijak dan bertanggung jawab salah satunya dengan tidak menyebarkan berita palsu atau hoax dan ujaran kebencian,” tutur Dr. Janette Maria Pinariya, Executive Dean LSPR Jakarta.
Di RPTRA Cililitan, sekitar 20 orang tua yang merupakan warga sekitar lokasi, berkumpul dan antusias untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana menggunakan internet agar lebih aman bagi anak-anak. Maklum saja, penggunaan internet yang sarat paparan negatif seperti konten pornografi dan kekerasan, menjadi kekhawatiran utama para orang tua terhadap anak mereka.
Mereka menyadari betul, ancaman dari konten negatif di internet dapat memengaruhi pola perilaku anak mereka. Hal ini mendorong mereka untuk turut terlibat memahami penggunaan internet, etika pemakaiannya dan hal-hal yang perlu dihindari di dunia daring.
“Agar anak aman dalam menggunakan internet, ada acara khusus dalam pengasuhan di era digital ini. Jaga komunikasi yang baik dengan anak, buat aturan dasar terkait penggunaan internet di rumah dan jadilah panutan digital yang baik untuk anak,” jelas Eri.
Eri menambahkan ada beberapa cara tertentu yang dapat meminimalisir anak-anak mengakses informasi yang sarat konten negatif dengan memaksimalkan penggunaan fitur yang ada di dalamnya. Misalnya, pada tiap platform digital seperti Google atau YouTube dapat diatur dengan fitur parental control, yang secara otomatis akan menawarkan konten-konten yang ramah anak dan mengeliminasi konten-konten negatif sehingga lebih aman untuk anak-anak.
Dok. LSPR
Baca Juga :
3 Jenis Terapi Khusus untuk Menyembuhkan Kecanduan Game Online
Situs Mikroblogging Tumblr Diblokir Kominfo, Ini Sebabnya
6 Cara Mudah Lindungi Data di Akun Facebook Anda
Topic
#internetsehat, #LSPR, #gadget, #literasidigital