Family
8 Kondisi Seorang Ibu Tidak Bisa Menyusui dan Bayi Butuh Donor ASI

15 Apr 2017


Foto: Pixabay
 
Para ibu akan berusaha memenuhi kebutuhan ASI bayinya dengan melakukan apa pun. Beberapa tahun terakhir, muncul fenomena ASI perah, ASI yang bisa distok dan disimpan. Ibu yang beraktivitas bisa tenang meninggalkan bayinya di rumah, dengan tetap mendapat ASI eksklusif. Ada pula fenomena donor ASI. Ibu yang kesulitan menyusui  bisa meminta pertolongan donor ASI dari ibu lain yang kelebihan stok. Namun, harus diakui, masih banyak yang ragu dan belum paham tentang apa dan bagaimana praktik donor ASI itu.
 
Menurut Dr. Astri Pramarini, dokter dan konselor laktasi, ada beberapa kondisi seorang bayi perlu mendapatkan pengganti selain menyusui. Dalam hal ini, perlu donor ASI jika ibu menghadapi kondisi tidak bisa menyusui. Berikut adalah beberapa indikasi seorang Ibu tidak bisa menyusui:
  1. Ibu sakit berat (psikosis, eklamsia, dan lainnya), infeksi herpes simpleks tipe 1 dengan lesi di payudara, infeksi varicella zoster pada ibu dalam kurun waktu lima hari sebelum dan dua hari sesudah melahirkan.
  2. Ibu mendapat paparan radioaktif tertentu, seperti Iodine 131, obat-obatan antitiroid.
  3. Ibu pengguna obat terlarang.
  4. Ibu mengalami kelainan payudara, riwayat operasi pada payudara, atau jaringan payudara tidak berkembang.
Ada pula indikasi pada bayi yang memerlukan suplementasi. Pengganti ini bisa berupa ASI perah dari ibu, bisa juga dari ASI dari ibu donor. Antara lain:
  1. Bayi dengan berat lahir sangat rendah (kurang dari 1.500 gram) atau usia kehamilan kurang dari 32 minggu.
  2. Bayi mengalami gangguan adaptasi metabolis atau peningkatan kebutuhan glukosa (misal, lahir prematur, atau bayi dengan ibu yang menderita diabetes).
  3. Bayi kehilangan cairan akut (misal karena fototerapi untuk jaundice atau bayi kuning), dan menyusui atau  memerah ASI tapi masih belum bisa mengimbangi kebutuhan carian.
  4. Turunnya berat badan bayi hingga 10% setelah hari ke-3 sampai hari ke-5.
Kondisi pada ibu dan bayi akan menentukan apakah suplementasi ini bersifat sementara atau menetap. Perlu diingat juga, tujuan utama suplementasi ini adalah untuk mempertahankan menyusui. Untuk itu, keputusan menggunakan suplementasi harus berdasarkan penilaian dan evaluasi dari konselor laktasi, dokter anak, dan dokter kebidanan mengenai proses menyusui. (f)

Advertisement
Baca juga:
5 Cara Atasi Bayi Rewel Saat Tumbuh Gigi
Saat Buah Hati Datang 'Terlambat' dan Si Sulung Cemburu
5 Mitos Kehamilan di Korea dan Sup Rumput Laut Berkhasiat Tinggi



Topic

#Anak

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?