
Foto: 123RF
Lebih dari separuh millennial (Y) memiliki pendapatan bulanan kurang dari Rp5 juta, lebih kecil dari generasi X yang berkisar Rp5 juta – Rp10 juta (Perbedaan Jangkar Karier pada Karyawan Generasi X dan Generasi Y, Fakultas Psikologi UI, 2014).
Sementara itu, hasil survei femina melalui platform LINE (Agustus, 2017) mengungkapkan baru 12% saja yang bisa menyisihkan 10% pendapatannya untuk ditabung. Meskipun 47% responden femina rela menabung dan hidup irit untuk bisa memiliki rumah atau apartemen, tapi mereka harus dihadapkan pada harga properti yang terus melambung. Perusahaan Fintech Gradana.com memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, harga
rumah meningkat hingga 150%. Padahal dalam periode yang sama kenaikan pendapatan hanya 60%.
Artinya, 83% generasi millennial (dengan penghasilan rata-rata di bawah Rp7,5 juta/bulan) tidak akan mampu membeli rumah di Jakarta!
“Naiknya gaji dengan naiknya harga rumah sekarang sudah relatif tidak terkejar. Untuk membeli rumah seharga Rp800 juta misalnya, butuh uang muka minimum Rp120 jutaan,” ungkap Angela Oetama, salah satu co-founder Gradana.com.
Bagi mereka yang berpendapatan Rp10 juta/bulan saja, dengan asumsi menabung Rp3 juta/bulan, butuh waktu 40 bulan untuk bisa menutup uang muka. Sementara itu harga properti terus naik. Butuh penyesuaian gaya hidup, pengelolaan keuangan, dan investasi yang lebih agresif untuk bisa mencapai tujuan finansial yang lebih tinggi. (f)
Baca juga:
Survei Femina: Millennial Rela Hidup Irit Bahkan Berutang Demi Traveling
Memicu Penggunanya Hidup dalam Hiperealitas, Instagram & Snapchat Dituding Paling Berbahaya Bagi Kesehatan Jiwa
Millennial dan Jebakan Hiperealitas di Media Sosial, Pantaskah Disebut Generasi Halu?
Topic
#millennial, #properti