
Menurut Sylvina Savitri, konsultan SDM dari Experd, ‘daya jual’ suatu profesi berhubungan dengan beberapa hal:
• Seberapa besar kompensasi yang diterima seseorang atas hasil kerjanya.
• Seberapa mudah seseorang berhasil menawarkan ‘keahliannya’ kepada perusahaan/klien.
• Seberapa besar ‘keahlian’ seseorang dibutuhkan perusahaan.
Daya jual bisa dicek dengan melihat seberapa besar suatu ‘jasa’ berkontribusi terhadap pencapaian sasaran, serta visi dan misi perusahaan. Kontribusi tersebut bisa berhubungan dengan pencapaian finansial, perbaikan proses bisnis, ataupun pengembangan sumber daya manusia.
Setiap orang seharusnya mengasah daya jual profesinya, demi kemajuan karier. Cara yang paling mudah adalah berusaha bekerja keras untuk menjadi ‘ahli’ (expert) di bidang tertentu. Berusaha terus untuk membekali diri dengan keterampilan atau teknologi terbaru, yang akan memperlancar pekerjaan. Jika kemampuan tersebut dirasakan kurang, harus bisa ditemukan dan diatasi dengan kursus atau training. Selain kemampuan yang berkaitan langsung dengan pekerjaan, daya jual bisa juga diasah, dengan mengembangkan soft skills, seperti keterampilan komunikasi, presentasi, atau coaching.
Lewat aktivitas sehari-hari, daya jual juga bisa diasah dengan berusaha menguasai permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan. Mengembangkan wawasan adalah keharusan demi mengasah daya jual. Selain membaca buku-buku yang mendukung, juga mengikuti milis/langganan majalah profesi. Motivasi mengasah daya jual juga bisa terpacu, dengan rajin ‘mengukur’ daya jual diri sendiri dengan daya jual orang lain di level yang sama.
Setelah mengenali daya jual diri sendiri, dan rajin mengasahnya, tahap berikutnya adalah mempromosikan daya jual. Daya jual bisa dipromosikan di dalam kantor maupun di luar kantor (jika ingin mencari pekerjaan baru). (f)