Foto: Pixabay; Dok. Pribadi
Tampaknya, pandangan ‘banyak anak banyak rezeki’ tak lagi memikat pasangan modern era kini soal pilihan memiliki anak. Pasalnya, makin banyak pasangan suami istri yang memutuskan untuk memiliki anak sedikit, biasanya hanya dua, atau bahkan tak jarang yang hanya ingin punya anak satu.
Banyak alasan melatarbelakanginya, mulai dari masalah finansial, agar tidak repot mengurusnya hingga supaya bisa memberikan pendidikan terbaik untuk buah hati. Namun, apakah pilihaersebut cukup rasional? Ini kata dua Sahabat Femina!
Syahrani JMS (39), Ibu Rumah Tangga
Punya satu anak tentu juga sangat menantang. Mungkin, karena fokus saya total ke anak, rasa cemas itu selalu timbul. Misalnya, dengan siapa dia bermain, apakah benar dia pergi ke suatu tempat dengan teman-temannya? Kekhawatiran inilah yang membuat saya harus selalu memantaunya.
Seiring berjalannya waktu, kesibukan Amanda yang lebih memilih menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya membuat saya merasa kesepian. Tapi, saya sadar, suatu hari masa ini akan datang. Yang penting saya tetap berusaha semaksimal mungkin untuk selalu dekat dengannya. Caranya yaitu dengan tetap mengambil peran seperti teman untuknya.
Ficky Yusrini (36), Penulis Lepas
Jujur, keinginan untuk menambah anak terkadang muncul, terkadang sirna. Lebih sering, saya rasional saja. Menjadi orang tua adalah sebuah tanggung jawab yang amat besar, yang tak berani saya rencanakan. Ternyata, punya satu anak itu banyak sekali sisi positifnya. Apalagi, seiring dengan bertambahnya usia, fleksibilitas juga makin bertambah. Anak tumbuh menjadi sahabat yang menyenangkan. Kami berbagi hobi dan minat masing-masing: tontonan, musik, hingga buku. Walaupun berbeda, ternyata bisa saling memperkaya.
Keindahan inilah yang tak membuat kami merasa kekurangan dengan hanya memiliki satu anak saja. Our life is perfectly well. Mungkin orang lain saja yang ‘gatal’, bertanya, ‘Kapan nambah?’ Itu masalah mereka, ha… ha… ha…! Memang, dulu ada masanya dia merindukan teman bermain dan bisa menangis tiap kali teman mainnya pulang. Sekarang, ia bisa menikmati kesendirian. Menemukan kesenangan tanpa tergantung pada teman bermain.
Untuk mengajarinya mandiri memang dari dulu kami hidup tanpa pembantu rumah tangga. Pilihan ini menuntut kami untuk berbagi tugas masing-masing. (f)
Baca juga:
Benarkah Cukup Satu Anak Pilihan Rasional?
Tantangan Baru Keluarga Dengan Satu Anak, Ini Kata Pakar
Topic
#keluarga, #anak