Celebrity
Rianti Rhiannon Cartwright Selalu Perhitungan

21 Mar 2017


Foto: Nicky Gunawan

VJ, aktris, serta pebisnis kuliner dan spa. Meski mengakui tiga profesi itu adalah sebuah rangkaian kebetulan dalam hidupnya, Rianti Rhiannon Cartwright (33) tetap melakoninya sepenuh hati. Dari situ, ia justru menemukan banyak pelajaran yang membuatnya lebih matang dalam mengambil keputusan. Tidak lagi terburu-buru, Rianti kini belajar menjalankan profesinya seperti sedang memanggang kue di dapur: serba terukur dan penuh perhitungan.
 
Urusan Perut
Bukan kebetulan belaka jika cherry crumble pie produksi kafe Ladies Who Bake, di Jl. Cikajang, Jakarta, laris manis. Pesanan terus mengalir, mulai dari pelanggan yang datang langsung ke kafe, ibu hamil yang ngidam dan mengutus ojek online, hingga dari beberapa kafe atau kedai kopi yang juga ingin menyajikan pie itu untuk konsumennya. Rasa kudapan khas Jerman itu memang sangat memanjakan lidah orang Indonesia. Tak butuh waktu lama, popularitas kudapan yang diolah Rianti berdasarkan resep autentik nenek temannya, Viola, pun memuncak.

Awalnya, Rianti sempat ragu menjual pie itu karena rasanya terlalu Eropa. “Tapi, suamiku terus menyemangati. Dia bilang, ini enak banget dan belum ada di Indonesia. Kebetulan, aku juga menjalankan bisnis spa khusus wanita. Nah, pie ini tadinya hanya aku jual di kafe di lokasi spa itu, untuk mengisi perut para pacar dan suami yang menunggu pasangan mereka selesai perawatan di spa,” ujar istri dari musikus jazz yang juga pebisnis kafe, Cas Alfonso, ini, sambil tertawa. Sama sekali tak tampak ada lelah di wajahnya. Padahal, bisnis kulinernya itu berkembang cukup pesat, sejalan dengan pekerjaannya di dunia akting.

Membuat kue memang sejak dulu menjadi salah satu andalan Rianti sebagai penghilang lelah dan penat. Menurut wanita kelahiran Bandung, 22 September 1983, ini, mengolah resep kue dengan takaran bahan yang pas lebih menenangkan dibandingkan dengan memasak makanan yang masih eksperimental.

“Karena takaran bahan-bahannya semua sudah serba pas, hasil akhirnya pun sudah bisa ditebak. Misal, kue jenis ini pasti manis, kue jenis itu teksturnya lembut. Beda dengan memasak makanan yang bumbu dan bahannya masih banyak yang pakai hitungan feeling, seperti garam secukupnya, gula secukupnya. Hasilnya jadi enggak bisa saya tebak dan itu enggak menenangkan buat saya,” ujar wanita yang hobi mengolah resep fudge cake, brownies, cookies, dan pie ini.

Lucunya, meski sama-sama suka mengolah resep, ia lebih suka membuat kue sendiri ditemani alunan musik, bukan ditemani sang suami. Ternyata, membuat kue merupakan salah satu me time untuk Rianti. Tanpa didampingi orang lain, Rianti merasa bisa lebih relaks saat menyiapkan bahan, mengukur takaran, memanggang, hingga menyiapkan tampilan akhiran kue itu.

Meski begitu, Rianti tidak bisa jika menjalankan bisnis kuenya seorang diri. Ia dibantu keluarga dan tim dapur untuk operasional sehari-hari kafe. Apalagi, ia juga masih menjalankan profesinya di dunia entertainment. “Bisnis enggak bisa dijalankan sekejap mata, perlu persiapan yang matang. Karena ternyata, teori bisnis yang saya dapat saat kuliah berbeda sekali dengan realitas,” kata wanita yang mendapatkan gelar sarjana dari  International Business and Marketing, University of Tasmania di Australia, ini.

Beberapa hambatan yang sempat Rianti alami saat menjalankan bisnis spa selama lima tahun, ia jadikan pelajaran berharga. Meski bisnis perawatan tubuh   berjalan cukup lancar,  ia tetap merasa bahwa persiapannya kurang sehingga beberapa kali ia harus melakukan perbaikan atau renovasi di luar rencana. Seperti saat hari pertama buka, Rianti dan timnya baru mengetahui bahwa kapasitas listrik bangunan itu tidak kuat untuk menyalakan tiga hairdryer dalam waktu bersamaan.

“Tiba-tiba listriknya turun, ruangan jadi gelap, dan pelanggan kaget. Kami harus minta maaf dan menenangkan mereka. Kejadian itu kan sepele, tapi harusnya bisa diantisipasi kalau persiapan matang,” ungkap wanita yang memulai kariernya di bidang entertainment sebagai Guest VJ MTV Indonesia ini, lagi-lagi sambil tertawa.
 
Advertisement
Incar Peran Unik
Ketika remaja, Rianti bercita-cita bekerja di majalah. Tidak tanggung-tanggung, ia mengincar posisi editor-in-chief, jika kelak berhasil menembus industri media. Demi mewujudkannya, magang sebagai language editor di sebuah majalah travel pun pernah ia jalani. Namun, sebuah kejadian, yang lagi-lagi ia anggap sebagai kebetulan, membelokkan perjalanannya.

“Kampusku kan ada di Jakarta juga. Kebetulan, gedungnya itu satu gedung dengan MTV Indonesia. Waktu bolak-balik ke kantin, aku didekati oleh tim MTV dan diajak casting untuk jadi VJ. Setelah menolak berkali-kali, akhirnya saya mau coba karena enggak enak diajak-ajak terus,” ujarnya, memutar kenangan. Penolakan itu bukan tanpa alasan, Rianti ternyata tidak percaya diri karena saat itu ia sama sekali belum memiliki pengalaman di depan kamera.

Tanpa disangka, ia lolos casting. Setelah mendapat izin dari sang ayah, Dachlan Cartwright, dan ibu, Srie Sutrisnawati, Rianti pun mulai menapaki dunia entertainment. Pintu kesempatan lain ikut terbuka. Tak lama kemudian, tawaran berperan sebagai Farah di film Eiffel I’m in Love (2003) datang kepadanya. “Aku kebagian 3 scenes, tapi kemudian 2 scenes batal tayang. Jadi, hanya tampil sebentar di situ, hahaha…!”

Meski ‘numpang lewat’ di film pertamanya, penampilan Rianti ternyata menarik perhatian beberapa pihak. Wajah campuran Inggris dan Sunda-nya pun berhasil mewarnai banyak film,  seperti Jomblo (2006), ­Ayat-ayat Cinta (2007), dan Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015). Saat artikel ini ditulis, ia juga sedang menjalani proses produksi sekuel film 3 Dara. Di film terbarunya bersama Tanta Ginting, Tora Sudiro, dan Adipati Dolken itu ia akan berperan sebagai seorang transgender, psikolog Windi.

“Tantangan utama untuk peran itu justru bukan karena ia seorang transgender, tapi karena saya harus tampil sebagai psikolog yang tegas dan mendominasi. Sementara, saya kan aslinya feminin banget. Ditambah lagi, dialognya banyak menggunakan istilah-istilah psikologi yang belum saya pahami. Saya jadi belajar lagi,” kata Rianti, antusias.

Belajar dari peran-perannya dalam film merupakan salah satu bagian dari pekerjaan yang ia sukai. Makanya, suatu hari nanti, ia ingin sekali memerankan tokoh dalam film berlatar belakang sejarah, khususnya sejarah Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Selain itu, ia juga ingin menjajal kemampuannya dalam film bergenre psycho thriller.

“Selama ini saya lebih banyak terlibat di film drama dan drama komedi. Jika ada kesempatan, saya ingin menguji kemampuan lewat film-film genre lain. Tapi, kita lihat saja, go with the flow saja,” tutup Rianti, sambil tersenyum. (f)

Baca juga:
Rianti Cartwright, Menggapai Impian
Hobi Ajaib Pasangan Rianti & Cas
Rianti Kurang Tegas



 


Topic

#RiantiCartwright

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?