Anak pasangan Yovanka Helen Loupatty dan Ismeth Yusuf Polapa ini mengaku terinspirasi untuk menghibur para jemaat gereja dalam lantunan lagu yang merdu lantaran sering melihat para tantenya dari sang ibu tampil menyanyi di gereja. “Melihat mereka bernyanyi di depan jemaat, sangat asyik dan seru,” cerita Regina, tersenyum.
Ia pun merasa terhipnotis dengan magisnya lagu-lagu rohani yang mengagungkan Tuhan. Rasa inilah yang kemudian mendorong Regina untuk melakukan hal serupa. Bernyanyi membawakan pesan cinta dan kasih bagi Tuhan. Ia teringat masa-masa tak terlupakan, ketika menyanyikan lagu Pakailah Aku. “Usia saya saat itu masih 10 tahun dan belum mengerti apa pun. Tapi, ketika menyanyikan lagu itu, saya menangis kencang,” cerita Regina, dengan mata berbinar.
Lagu-lagu rohani telah menyentuh hatinya yang terdalam. Tapi, di lain sisi, ia juga ingin mengejar mimpinya sebagai penyanyi profesional. Tentu tak semudah membalikkan telapak tangan, walau memang secara jam terbang pengalaman bernyanyinya bukan termasuk anak kemarin sore.
Lulus SMA, Regina yang tak memiliki biaya untuk lanjut kuliah, memutuskan menjadi penyanyi kafe. “Toh, menghasilkan uang yang halal dan dapat membantu perekonomian keluarga. Jadi saya pikir, melakukan hobi yang bisa menghasilkan uang, kenapa tidak?” imbuh wanita yang sempat tergabung dengan band Topomore ini.
Tahun 2012, dewi fortuna sedang berada di pihaknya. Tak hanya lolos sebagai finalis Idol, ia juga menjadi pemenang ajang bergengsi tersebut. “Inilah jawaban Tuhan atas semua perjuangan dan penantian panjang ini. Tuhan memberikan hadiah paling indah di saat yang paling tepat,” kenang Regina, bahagia.
Mimpinya satu per satu pun terwujud. Bertemu dengan idola musik yang bahkan tak pernah tebersit di mimpinya, seperti Anggun C. Sasmi dan David Cook. Ia juga sempat tampil satu panggung dengan David Foster.
Wanita yang berhasil mendapat penghargaan musik bergengsi AMI Awards 2014 untuk kategori Best Dance/Electronic Production Work ini merasa pengalaman bernyanyi di gereja selama puluhan tahun memberikannya pengalaman yang berarti ketika akhirnya ia menjadi seorang penyanyi profesional. “Ketika bernyanyi, demam panggung itu bisa diatasi dengan jam terbang. Dan bekal pengalaman itu sudah saya bawa sejak menjadi penyanyi gereja,” kata penggemar berat Adele dan Beyonce ini.
Meski begitu, bagi wanita kelahiran 4 Desember 1985 ini, bernyanyi lagu rohani seorang diri di hadapan Tuhan tetap terasa lebih sulit dari menyanyikan di depan jutaan penonton. “Menyanyikan lagu rohani ini berkaitan dengan hubungan saya dengan Tuhan, hubungan vertikal ke atas, dan saya tidak bisa berpura-pura,” tambahnya. Meski begitu, menyanyikan lagu sebagai pesan kasih untuk Tuhan adalah sebuah kerinduan hati untuk melayani Sang Mahakuasa.
Satu mimpinya yang belum terwujud adalah memiliki album religi. Meski belum tahu kapan bisa terwujud, Regina optimistis semua mimpi itu tinggal menunggu waktu yang tepat. “I don’t know how, I don’t know when, but one day it’ll be come true,” katanya, yakin. (f)