Health & Diet
Penyakit Berbiaya Tinggi

28 Jan 2014


Satu dasawarsa setelah sang ibu memasuki masa pensiun, Dinda makin merasa bahwa ibunya kini adalah sosok yang sama sekali berbeda. Jika dulu gemar bersosialisasi, kini ibunya menarik diri dari pergaulan. Beliau juga makin sering lupa di mana meletakkan barang dan  makin sensitif perasaannya. Terakhir, sang ibu yang sedang berjalan santai di sekitar rumah, mendadak lupa arah jalan pulang. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Dinda baru menyadari bahwa sang ibu ternyata mengidap penyakit Alzheimer.

Penyakit Berbiaya Tinggi
Pembicaraan tentang Alzheimer tidak akan terpisahkan dari demensia, dan sebaliknya. Demensia adalah gangguan kerja otak yang memengaruhi ingatan, proses berpikir, perilaku, dan emosi manusia. Menurut Alzheimer Disease International (ADI), setidaknya ada 10 jenis demensia, dan sekitar 50% - 60% penderita demensia menderita jenis demensia yang disebut Alzheimer.

Berdasarkan data The World Alzheimer Report 2009, biaya yang dikeluarkan untuk merawat penderita Alzheimer di Asia Pasifik adalah senilai Rp600,4 miliar. Jumlah ini  lebih tinggi dari perawatan terhadap pasien malaria, tetanus, atapun kanker payudara. Biaya ini bersumber dari tingginya tingkat ketergantungan penderita terhadap orang lain, perubahan tingkah laku sosial dan psikologis, pendampingan khusus oleh perawat yang kompeten, serta pengobatan medis. 

Advertisement
Menurut Dr. dr. Martina W.S. Nasrun SpKJ (K), Psikiater Konsultan Usia Lanjut RSUPN Cipto Mangunkusumo, demensia terutama disebabkan oleh sel-sel otak yang mati atau mengecil, sehingga otak tidak dapat berfungsi normal. Penyebab matinya sel tersebut bisa bermacam-macam. Jenis demensia vascular (kematian sel karena otak kekurangan oksigen) misalnya, bisa disebabkan oleh stroke. Namun, untuk demensia jenis Alzheimer penyebabnya masih belum ditemukan.

Sejauh ini, hanya diketahui adanya ketidakseimbangan protein yang menyebabkan sel otak berhenti bekerja. MHENS (School for Mental Health and Neuroscience) memprediksi bahwa penderita Alzheimer yang pada tahun 2010 berjumlah 36 juta, akan melonjak menjadi 66 juta orang pada tahun  2030, dan 115 juta pada tahun 2050. Orang-orang yang berusia lanjut adalah mereka yang paling berisiko terkena Alzheimer. Setelah manula, orang-orang yang mengidap kolesterol tinggi, depresi, diabetes melitus, stroke, dan tekanan darah tinggi adalah golongan yang juga berisiko.

Gaya hidup adalah faktor utama yang dipercaya menjadi pencetus Alzheimer. Kebiasaan minum alkohol, tekanan dan stres terus-menerus yang dapat juga berujung pada depresi  dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena Alzheimer. Stres dapat memengaruhi keseimbangan nutrisi yang diterima otak.(f)
 




 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?