Celebrity
Kebahagiaan Berbagi

17 Feb 2015


Tak hanya menjadi sinden, menyanyi dan menari, Endah Laras juga mencipta lagu. Sebagian besar albumnya berisi lagu ciptaannya sendiri. Seperti lagu Suwung yang tercipta tahun 2013, memiliki kenangan mendalam karena tercipta sesudah ayahnya berpulang. Perasaan kehilangan yang ia alami memberikan rasa kosong dalam hatinya, itulah makna suwung dalam bahasa Jawa. Hingga kini, setiap menyanyikan lagu itu, di panggung mana pun atau sekedar rengeng-rengeng (bersenandung), setiap liriknya menghadirkan kenangan akan ayahnya, yang tak hanya mewariskan talenta dan kesetiaan pada tradisi seni tapi juga memberinya wejangan berharga.

“Kamu telah menemukan celah pada beragam karya sehingga wawasan kesenianmu melebar. Bersyukur dan tekunilah. Di antara semua itu, ganjaran Tuhan yang paling berharga adalah hidup, maka pergunakanlah sebaik-baiknya,” kata ayahnya. Wejangan ini membawa Endah pada suatu penafsiran tentang hidup, yaitu membawa kebahagiaan pada kehidupan.

Dengan prinsip inilah Endah menghayati hidup dan mengaplikasikannya pada tradisi laku seni, bahwa baginya berkesenian dan berkarya adalah wujud syukur atas segala talenta yang teranugerah baginya. Ia tidak ingin memilikinya sendirian, melainkan harus berbagi dengan sesama. Diterimanya siapa pun yang ingin belajar bersama.Dijawabnyasetiap pertanyaan, saat bertemu langsung atau melalui SMS dan media sosial. Tak ada satupun teknik menyanyi yang ia sembunyikan.

Bahkan setelah merambah beragam panggung internasional di berbagai benua, yang paling membahagiakannya justru ketika tampil dalam pentas sederhana tanpa dana. Misalnya perayaan ritual bumi Mondosio, sebuah tradisi bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas anugerah kepada bumi. Perayaan ini biasanya dilakukan di berbagai desa dan semua yang terlibat dalam acara ini tidak ada yang berbayar karena berdasarkan semangat gotong royong. Endah selalu berusaha memenuhi undangan berpartisipasi dalam ritual ini di pelosok desa mana pun. Bagi Endah mengisi kehidupan dengan berbagi yang justru membuat kekayaan hidupnya tak terbatas.
   
Advertisement
Ibu satu anak, Elvira Dyah Utari, ini tipikal wanita yang sangat membumi. Nyaris tak pernah meminta fasilitas apa pun saat mentas. Bahkan kebaya, riasan dan gelung konde yang menjadi ciri khasnya, semua dilakukannya sendiri tanpa asisten. Gemerlap panggung sama sekali tak tampak pada kesehariannya.  
“Lha wong hobi saya tuh ‘nginem’ jadi Inem,” katanya tertawa, “pakai daster terus nyapu, ngepel, masak. Sesudah itu mandi sambil nyanyi, akan terasa segar, relaks dan bahagia. Terutama karena berada di rumah dengan semua yang kucintai. Suami, anak dan open-openan (anjing peliharaan) Mourist dan Puppy.”

Endah selalu memilih pulang setiap selesai pentas (kecuali pentas di luar negeri) meskipun tempatnya jauh dari rumahnya yang berada di daerah Gentan, kota Solo dan sudah larut malam. Semewah apa pun fasilitas tersedia, terasa tak berarti bila anak dan suami tidak bersamanya.  Bertemu dengan mereka membuat segala kelelahannya terlepaskan.Merekalah energi sekaligus “nyawa” bagi Endah.
 
Satu cerita lucu, sang suami, Bambang Seno Birowo, sempat ‘ditalak’ Endah saat pacaran karena ternyata sosok sederhana ini adalah anak seorang lurah terkenal di Delanggu, sebuah kecamatan bertanah subur di Klaten.  Sementara Endah merasa bahwa pria yang ia cintai itu adalah “piyayi ndeso” yang membuatnya merasa ayem tentrem.

Talak ini ditangkis Bambang dengan sebuah janji sederhana, yaitu akan tetap menjadi  “wong ndeso”.  Janji  yang ditepati.  Kesederhanaannya  tak berubah hingga kini. Sembari mengelola perusahaan penggilingan padi, dia mendampingi dan memberikan ruang seluasnya kepada istri ayunya ini untuk terus berkembang dan setia pada jalan seni. Sebuah kesederhanaan yang membuat seorang Endah Laras makin mencintainya. (f)




 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?