“Go Tik Swan didawuhkan Soekarno untuk menciptakan Batik Indonesia. Beliau bisa membuat batik dengan pola tradisional tetapi dengan warna-warna baru yang cerah, seperti pink atau hijau. Kreasinya sangat memukau, saya beruntung bisa mendapatkan salah satu koleksinya,” ungkapnya di sela-sela peluncuran E-Commerce dan M-Commerce The Body Shop.
Haus akan ilmu batik, ia pun terus belajar. Salah satunya dengan membaca buku karya perancang busana ternama, Iwan Tirta. “Sejarah batik sangatlah panjang. Saya ingat salah satu pesan mendiang Iwan Tirta yang tertuang dalam buku tersebut, bahwa jika ingin belajar batik harus bisa bahasa Belanda karena mayoritas buku mengenai batik ditulis oleh orang Belanda dan bukanlah karya anak negeri. Kok, bisa ya generasi kita membiarkan itu terjadi,” sesal wanita keturunan Yogya-Solo ini.
Menyikapi hal ini Asti terdorong untuk menggugah para generasi muda untuk lebih menghargai warisan budaya bangsa dengan mengenakan batik hampir di setiap kesempatan. “Bagi saya, batik bukan sekadar pemanis penampilan, namun banyak sekali filosofi dan makna yang terkandung di dalamnya,” tuturnya.
Sudah menjadi kebiasaan wanita berkulit eksotis ini untuk mencari tahu seluk-beluk di balik tiap lembar kain batik yang dibelinya. Dan dengan sangat fasih, Asti menceritakan makna dari beberapa corak batik.
“Semua kebudayaan Jawa yang tertuang dalam ragam corak memiliki makna yang sangat dalam. Misalnya kain batik sidomukti merupakan sebuah doa yang diwejangkan kepada si pengantin agar menjadi mulia dan mendapatkan kebahagiaan lahir batin. Sedangkan batik truntum dipakai oleh orangtua pengantin, yang melambangkan agar hubungan antar-besan, juga mertua dan menantu terjaga baik," tambah peraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2005 ini.
Woro Hartari Trianti