Sineas Nia Dinata, yang sudah sembilan tahun melakukan yoga, mengaku suka mencoba berbagai macam yoga. Ia juga penggemar festival yoga yang berlangsung di dalam negeri. ”Dua tahun lalu saya juga ikut Bali Spirit Festival. Semua kelasnya berkesan. Saya ikut kelas Prana Flow-nya Twee Merrigan dan Simon Park yang dinamis, sampai kelas Bhakti Yoga-nya Satyananda Yoga yang lebih spiritual. Saya pribadi juga suka belajar pranayama,” ujarnya, fasih.
Tiap Sabtu dan Minggu, minggu kedua, pukul 6.30 pagi, Nia dan teman-temannya membuka kelas yoga gratis di Bulungan. Mereka juga membagikan matras dan baju yoga sumbangan dari teman-temannya yang ’kelebihan’ baju dan matras. ”Soalnya, yang kami ajak adalah orang-orang yang tidak mampu, waria, juga orang dengan HIV positif,” katanya. Niatnya, selain meningkatkan kebugaran juga membuat mereka lebih nyaman.
Semangat berbuat baik kepada sesama manusia dan alam sesungguhnya memang tujuan akhir yoga. ”Yoga itu ibaratnya sebuah pohon, yang terdiri dari akar, batang, daun, kulit, getah, bunga, dan buah,” ujar Yudhi. Lebih lanjut ia menjelaskan, selama ini mungkin orang menganggap yoga hanya berupa gerakan-gerakan atau asanas. Padahal, itu hanyalah satu bagian dari yoga. Karena, sesungguhnya yoga juga mencakup moral dan integritas.
”Itulah alasan saya untuk melakukan yoga secara gratis tiap Minggu pagi di Taman Surapati, Jakarta Pusat. Yoga seharusnya memiliki nilai sosial,” ujar Yudhi. Ia juga menyarankan agar guru-guru yoga makin aktif memanfaatkan ruang terbuka hijau untuk menebarkan energi positif yoga. Manfaat yoga seharusnya bisa dirasakan oleh siapa pun, bagi yang melakukannya, juga bagi orang lain dan masyarakat. Yuk, beryoga.(NURI FAJRIATI)