Keinginan merasakan kehidupan di negeri orang, membuat Acha mengejar beasiswa di kampus Lim Kok Wing University, Cyberjaya, Malaysia. Kini ia sudah memasuki akhir semester di jurusan multimedia & broadcasting. Saat ditanya tentang hari-harinya di negeri seberang, finalis Gadis Sampul 2004 ini menjawab simpel: kesibukannya tak berbeda dari mahasiswa perantauan lain. Selesai kuliah, ia langsung pulang ke apartemennya.
Aktivitas favorit di waktu luang?
Saya orang rumahan, tidak terlalu suka jalan-jalan tanpa tujuan. Saya lebih senang menghabiskan waktu di apartemen. Karena ayah saya bekerja di Kuala Lumpur dan keluarga saya pindah ke sana, saya pasti mengunjungi mereka di akhir pekan. Jarak Cyberjaya, tempat saya tinggal, ke Kuala Lumpur, hanya 30 menit bermobil. Saya lebih suka disebut family girl.
Memasuki semester akhir, makin sibuk?
Jadwal kuliah saya dari Selasa sampai Kamis. Sisa harinya saya habiskan untuk riset mempersiapkan tugas akhir. Rencananya, saya akan membuat film pendek berdurasi 12-16 menit. Saya optimistis bisa lulus Desember tahun ini juga.
Beasiswa menjadi beban?
Saya tidak melihatnya sebagai beban, melainkan sebuah tanggung jawab. Saya akui, itu tidak mudah. Mahasiswa penerima beasiswa paling tidak harus meraih nilai B-. Nilai saya memang bukan yang tertinggi, tapi juga tidak kurang. Sampai saat ini tidak ada pelajaran yang harus saya ulang karena kurang bagus. Saya sengaja memilih jurusan ini karena saya memang menyukai dunia broadcasting. Apalagi saya sudah punya pengalaman di bidang film. Ke depannya, saya berharap bisa meraih impian dan cita-cita sebagai sutradara film.
Sebagai selebritas, kuliah Anda dipermudah?
(Tertawa). Orang Malaysia memang kenal saya, karena film dan lagu saya diputar di sini. Tapi, soal dimudahkan, jelas tidak. Di kampus, saya masuk program internasional yang pengajarnya orang luar Malaysia. Mereka tidak kenal saya. Yang jelas, tidak pernah ada perlakuan yang berbeda.
Ada selebritas yang kuliahnya mandek. Yakin, Anda bisa bertahan?
Saya masih muda dan bisa mandiri secara finansial. Hal ini memang membuat saya terkadang tergoda untuk melanggar komitmen berkuliah. Apalagi dulu saya harus bolak-balik Kuala Lumpur-Jakarta, karena masih ada kontrak pekerjaan di Jakarta. Semester dua, saya cuti kuliah selama setahun. Saat itu saya menimbang-nimbang, melanjutkan karier yang sedang naik daun, atau meneruskan kuliah. Berkat dukungan dari orang tua, saya memilih yang kedua.
Cara mengatasi tantangan membagi waktu belajar dan bekerja?
Saya memang pernah mengalami masa-masa bekerja yang sibuk luar biasa. Setiap minggu tak pernah berhenti berkeliling kota untuk show, promo album dan film, juga syuting film. Rasanya lelah sekali, saya jadi ingin segera kembali ke kampus. Tapi, begitu saya kembali memilih kuliah, saya merasa ada yang hilang. Sewaktu berlibur dan kembali ke Indonesia, misalnya, saya merasa orang tak lagi kenal saya. Jujur, ketakutan saya paling besar adalah tidak dikenal orang dan karier saya memudar. Pelan-pelan, ketakutan itu hilang saat saya menyadari bahwa pendidikan adalah hal yang sangat membanggakan.
Main Film Lagi
Kariernya di dunia film berawal sebagai aktris pendukung di film Apa Artinya Cinta? (2005). Saat itu, Acha bertemu Melly Goeslaw yang menangani musik soundtrack film itu. “Tanpa pikir panjang, saya bernyanyi di hadapan Melly, dan bilang, ‘Teteh, saya bisa nyanyi, lho,’” tutur Acha. Melly menyarankan Acha untuk ikut casting film berjudul Heart (2006), yang soundtrack-nya juga digarap Melly. Acha terpilih membintangi film ini bersama Nirina Zubir dan Irwansyah. Hasil duetnya dengan Irwansyah dalam lagu berjudul Heart, mengantarkannya menuju puncak popularitas sebagai bintang baru.
Proyek film berikutnya?
Film sejarah tentang Bung Karno. Masa liburan kuliah kemarin, saya sudah memulai proses syuting untuk keperluan trailer film tersebut. Saya senang sekali, apalagi rencananya ceritanya lebih mengeksplorasi kehidupan cinta Bung Karno. Saya berperan sebagai Siti Utari Tjokroaminoto, istri pertama beliau.
Ada persiapan khusus?
Ini film sejarah yang menuntut saya untuk riset mendalam tentang kehidupan tahun ‘60-an. Saya akan bekerja sama dengan aktris-aktris berbakat, seperti Mariana Renata, Wulan Guritno, dan Happy Salma. Saya juga mempelajari karakter Utari lewat buku-buku teks sejarah dan foto-foto beliau, serta orang-orang yang hidup sezaman dengan beliau. Beruntung, film ini baru akan mulai syuting sekitar tahun depan, setelah kuliah saya beres.
Rencana album baru?
Ada, tapi mungkin baru tahun depan. Terakhir saya merilis album tahun 2009, yakni Keputusan Hati, setelah sebelumnya ada album soundtrack film Heart dan Love is Cinta (2007). Saya masih sering diminta manggung, tapi baru belakangan ini saya kerja bareng musikus lagi. Salah satunya ada yang memberi masukan agar saya mengubah genre musik. Dari yang selama ini pop-feminin, menjadi agak rock, atau nge-beat. Bagi saya, kalau memang bisa, mengapa tidak dicoba?
Anda manggung di Malaysia?
Ya. Tapi, saya batasi hanya seminggu sekali. Beberapa kali juga ada yang menawarkan syuting miniseri atau film. Tapi, rasanya belum ada yang cocok, baik jadwal maupun skenario yang ditawarkan. Lagi pula, jika saya punya waktu banyak, lebih baik saya main film di Indonesia.
Afra Arumdati