Foto: Pixabay
Curhat 1: ‘Diteror’ Keluarga Suami
Suami saya adalah sulung dari 3 bersaudara. Sejak kecil ia dididik untuk bertanggung jawab kepada keluarganya, saat ini adalah ibu dan dua adik perempuannya. Sadar akan posisinya, sejak awal pernikahan, saya membebaskan suami untuk membantu keluarganya dalam hal keuangan. Sayangnya, niat baik dan keikhlasan saya itu tidak mendapat ganjaran setimpal. Meski rumah kami berjauhan, mertua dan adik-adik ipar sering meneror saya dengan komentar dan omongan buruk. Mereka selalu mengadu domba sehingga membuat saya dan suami jadi sering bertengkar. Dan sayangnya, suami tidak pernah memberi solusi yang memuaskan.
Saran:
Kerap kali bukan persoalan uang, seperti memberi bantuan keuangan pada keluarga pasangan, yang menjadi core problems dalam pernikahan. Masalah sesungguhnya justru bersumber dari loyalitas pasangan. Ketika istri merasa diteror oleh omongan buruk keluarga, seperti apa reaksi dan tindakan suami dalam menyelamatkan perasaan istrinya?
Tidak semua pasangan memiliki kemampuan mengatasi konflik yang baik. Perlu latihan, belajar, diskusi, bersama pasangan hidup masing-masing. Di Indonesia umumnya perasaan tidak enak dan mengalah pada kelompok, seperti keluarga besar, jauh lebih tinggi dibandingkan perasaan loyal pada seorang istri. Padahal. Ketika menikah, harmonisasi bersama pasangan justru yang utama. Baru setelah kokoh di dalam, kedua pasangan akan solid ke luar.
Yakinkan bahwa suami dan istri memiliki kesamaan pandangan tentang loyalitas. Bila pasangan saling sesuai, akan lebih mudah menentukan solusi yang win-win bagi istri sekaligus keluarga besar yang terkesan gemar mengadu domba atau berbicara buruk tanpa merasa ada yang dikalahkan dalam ‘pertarungan’ ini.
Topic
#relationship