Foto: Pixabay
Saat ini menyimpan uang ditabungan saja dianggap kurang menguntungkan karena nilai uang tak cukup banyak berkembang. Belum lagi uang yang kita miliki kemungkinan akan tergerus inflasi sehingga dengan nominal yang sama tak cukup menunjang kehidupan di masa depan. Untuk itu ada baiknya seseorang juga mulai melakukan investasi.
Sekarang banyak pilihan investasi mulai dari produk pasar modal hingga produk perbankan, salah satunya adalah reksadana yang telah resmi dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Reksadana sendiri adalah wadah untuk menghimpun dana dari investor yang kemudian akan dikelola oleh manajer investasi. Selanjutnya dana diinvestasikan ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana ini dirancang dan menjadi alternatif yang bisa dipilih oleh para investor yang tak memiliki banyak waktu serta pengetahuan terbatas mengenai investasi. Nah, Bagi Anda yang mulai melirik untuk berinvestasi di reksadana, berikut beberapa tip untuk memulainya.
1/Tentukan profil risiko Anda
Apa profil risiko Anda dalam berinvestasi, apakah konservatif, moderat, ataukah agresif? Jika Anda tipe investor konservatif maka tipe tersebut punya tolerasi rendah terhadap risiko dan tujuan utamanya adalah melindungi modal awal. Sedangkan tipe investor moderat memiliki tingkat toleransi sedang terhadap risiko. Jadi saat terjadi kerugian untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, tipe ini mau menerimanya. Terakhir, tipe agresif. Karakter profil ini sangat bisa menerima risiko yang terjadi dalam investasi.
Nah, tentukan hal itu terlebih dahulu ya, sebagai pertimbangan saat menentukan reksadana apa yang akan Anda beli.
2/Pilih reksadana sesuai dengan tujuan keuangan
Secara umum ada empat jenis reksadana yaitu pasar uang, pendapatan tetap, campuan, dan saham. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri yang dapat disesuaikan dengan tujuan keuangan Anda.
Saat memilih Reksadana Pasar Uang, Anda melakukan investasi pada instrumen pasar uang seperti deposit berjangka dan sertifikat Bank Indonesia. Reksadana ini punya masa jatuh tempo kurang dari satu tahun. Sehingga memiliki tujuan untuk menjaga likuiditas dan memelihara modal. Sedangkan Reksadana Pendapatan Tetap, risikonya relatif lebih besar namun menghasilkan keuntungan lebih besar pula.
Pada Reksadana Campuran, dana akan dialokasikan dalam instrumen investasi yang bervariasi, misalnya saham yang dikombinasikan dengan obligasi. Reksadana ini sifatnya moderat dengan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan tetap.
Terakhir adalah Reksadana Saham. Reksadana ini mengivestasikan setidaknya 80 persen dana yang dikelola dalam bentuk saham. Jika ingin mendapatkan potensi cuan yang paling tinggi, Anda bisa memilih reksadana ini. Namun ingat, dengan risiko yang relatif tinggi pula, pertumbuhan reksadana ini bersifat jangka panjang.
3/ Cek manajer investasi
Ingat, saat memilih berinvestasi di reksadana, itu artinya uang Anda akan dikelola oleh manajer investasi. Ini cukup memudahkan karena Anda tak kerepotan untuk turun langsung mempelajari seluk beluk investasi, seperti misalnya laporan keuangan sebuah perusahaan.
Tapi sebagai investor, Anda tentunya tak mau sembarangan menyerahkan pengelolaan dana ke pihak yang tak terpercaya bukan? Untuk itu penting bagi Anda untuk tetap mengetahui rekam jejak perusahaan yang bertindak sebagi manajer invetasi, seperti soal legalitsnya, pengalaman, kinerja, jumlah dana yang dikelola oleh manajer investasi. (f)
Baca Juga:
Menyiapkan Dana Darurat, Bagaimana Aturan Mainnya?
Fitur Paylater, Memudahkan atau Jadi Buah Simalakama?
Marak Pinjaman Online Ilegal, Bagaimana Cara Menghindari Jeratannya?
Topic
#investasi, #reksadana