Foto: Fotosearch
Meski pemimpin tertinggi perusahaan tetap berperan sebagai nahkoda untuk memimpin perubahan dalam situasi sulit ini, namun ada dua elemen dalam organisasi yang harus menjadi ujung tombak proses komunikasi internal maupun eksternal. Dua departemen terpenting adalah Human Resource Department (HRD) dan bagian PR/departemen komunikasi sejenis.
Mari kita bermain peran, apa yang harus dilakukan di situasi sulit seperti itu jika kita menjadi pemimpin di dua departemen penting ini. Ferry W. Atmadi, Direktur Eksekutif MDI Track Training International, memberi tip strategi komunikasi yang perlu dilakukan.
Ketika perusahaan sedang mengalami krisis, HRD berfungsi sebagai katalisator dalam proses perubahan yang terjadi. HRD menjadi pihak utama yang menyiapkan komunikasi di internal perusahaan, yaitu seluruh stakeholders mulai dari serikat pekerja (jika ada), manajemen, hingga karyawan.
Seorang manager HRD harus ikut aktif dalam mengusulkan langkah jangka pendek dan jangka panjang perusahaan untuk mengomunikasikan seluruh kebijakan berkaitan dengan situasi sulit tersebut. Untuk itu tim HRD harus mengetahui dan membuat analisa tentang sasaran pesan. Siapakah penerima pesan? Apakah jajaran manajerial atau karyawan? Dan menetapkan hasil akhir yang diharapkan oleh perusahaan dari strategi tersebut.
Pimpinan HRD perlu melakukan analisis mendalam tentang apa yang menjadi harapan serta kebutuhan penerima pesan. Misalnya, untuk jajaran manajerial, dalam kondisi krisis biasanya mengalami goncangan yang besar. Padahal penentu kebijakan ada di tangan mereka. Jangan sampai karena emosional keputusan yang diambil tidak tepat.
Setiap strategi komunikasi tentunya mendatangkan efek yang berbeda-beda. Menurut Ferry, cara persuasif dengan didahului pemaparan fakta serta penyampaian yang empatik menjadi langkah tepat dalam mengomunikasikan situasi yang sulit kepada karyawan. Dalam hal ini bagian HRD menempatkan diri di posisi karyawan.
Dalam komunikasi persuasif harus dilakukan terlebih dahulu prakondisi yang menjabarkan tentang fakta dan kondisi yang terjadi, baik secara global maupun internal perusahaan. Tujuannya agar penerima pesan mendapatkan gambaran yang sama tentang apa yang terjadi di sekeliling mereka.
Setelah penggambaran yang jelas dan detail, kemukakan pula alternatif-alternatif solusi terbaik. Penyampaian yang asertif akan lebih menguntungkan karena bisa diterima semua pihak. Sebagai penutup, penting untuk kembali meringkas apa yang telah disampaikan serta menyampaikan ajakan, harapan, penyesalan, serta simpati.
Seperti yang dilakukan oleh sebuah pabrik otomotif ketika menutup operasional pabriknya pada pertengahan tahun lalu. Menurut Ferry, komunikasi persuasif dilakukan pihak HRD dengan cara memberikan penjelasan terbuka kepada karyawan.
Dalam hal ini disampaikan alternatif terbaik yang ada, seperti mengalihkan sebagian karyawan ke unit distribusi lainnya, hingga memprioritaskan tenaga kerja untuk mengisi posisi di pabrik baru yang mereka kembangkan dalam waktu dekat. Dengan demikian, ada harapan baik yang ditawarkan dan menjadi win-win solution bagi kedua pihak.
Kuncinya adalah jangan menutupi fakta-fakta yang ada, kemukakan semua hal dengan terbuka.
Faunda Liswijayanti
Topic
#perusahaanditutup