
Foto: Fotosearch
Kata-kata memang menjadi cara komunikasi yang paling jelas. Sayangnya, tak semua orang mampu mengungkapkan perasaan, pikiran, dan keinginan secara lisan. Sebaliknya, ada beberapa orang yang lebih suka mengungkapkannya lewat isyarat dan ekspresi. Nah, agar tak salah menafsirkan perasaan pasangan, yuk, kita belajar ‘membaca’ komunikasi tanpa ucapan!
Membaca Emosi
“You say it best, when you say nothing at all.” Begitu ungkap Ronan Keating dalam lagunya, When You Say Nothing at All. Memang benar, apa yang terlihat biasanya mengandung makna lebih jelas ketimbang ucapan. Terlebih lagi, apa yang kita ucapkan terkadang tak sesuai kenyataan.
Menurut buku What Every Body is Saying yang ditulis Joe Navarro, komunikasi nonverbal mengandung arti sebagai perilaku nonverbal atau bahasa tubuh. Bukannya menggunakan kata-kata, komunikasi dilakukan melibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, sentuhan, postur, baju, aksesori, bahkan intonasi dan volume suara seseorang.
Yang menarik, menurut Judee K. Burgoon, pakar komunikasi dari University of Arizona dalam bukunya, Nonverbal Communication: The Unspoken Dialogue, 60%- 65% komunikasi antarpribadi terdiri dari perilaku nonverbal. Bahkan, pada saat bercinta, 100% komunikasi antara pasangan terdiri dari komunikasi nonverbal. Itu sebabnya, para peneliti mengatakan, kemampuan membaca dan memahami komunikasi nonverbal akan berguna dalam berbagai situasi, termasuk dalam hubungan dengan pasangan.
Emosi yang terpancar di enam kanal di tubuh, yaitu wajah, gestur, suara, kata-kata, gaya bicara, pasti memunculkan reaksi. “Bisa dibilang, wajah adalah kanal paling tepercaya, kata-kata bisa diatur, tapi ekspresi wajah sulit berbohong. Tujuh emosi dasar manusia akan terpancar di wajah,” ujar Handoko Gani, pengamat perilaku manusia dari Lie Detector Indonesia. Tujuh emosi dasar yang ia maksud meliputi marah, terkejut, gembira, sedih, takut, jijik, dan mencibir. Ekspresi wajah seseorang saat merasakan ketujuh emosi itu secara universal sama.
Sebagai patokan dasar untuk memahami emosi pasangan, kita bisa mulai mengenali tanda-tanda yang terlihat di wajah, “Ekspresi wajah bisa berupa makro dan mikro. Tanda-tandanya ditunjukkan lewat mata, alis, dan bibir. Tanda ini biasanya menunjukkan emosi asli, “ ujar pria yang belajar Behaviour Analysis and Investigative Interview di Paul Ekman International Group, Inggris, ini.
Sebagai contoh, saat marah, salah satu atau kedua alis biasanya akan turun, kelopak mata terangkat, mata tajam atau mendelik, dagu terangkat dengan mulut terbuka, disertai gigi yang terlihat dan wajah yang memerah. Sedangkan ketika sedih, ujung alis terangkat, ujung bibir membentuk huruf ‘U’ terbalik. Saat merasa jijik pada suatu benda, hidung terangkat dengan lipatan-lipatan horizontal di pangkal hidung, serta alis mata yang turun.
Sementara saat jijik pada perilaku seseorang, salah satu ujung bibir pasti akan terangkat ke belakang. Makanya, apabila Anda ingin tahu apa yang tengah dirasakan pasangan, tapi ia tak mau menjawab pertanyaan Anda, mungkin Anda bisa menemukan jawaban dengan melihat tanda-tanda di wajahnya.
Respons Tepat, Hubungan Jadi Lekat
Mengetahui emosi yang tengah dirasakan pasangan bisa dibilang adalah titik awal untuk menentukan respons. Sebab, penafsiran yang tidak tepat akan menjadi sandungan dalam suatu hubungan. Meski tak mengatakan apa-apa, ketika sedang sedih, pasangan bisa makin terpuruk. Sebaliknya, di saat pasangan tampak sedang marah, Anda sebaiknya tidak ikut menyulut api emosinya, karena akan memicu ketegangan yang bisa membahayakan kualitas hubungan asmara.
Nah, setelah mengetahui bentuk emosinya, sikap apa yang mesti kita ambil? ”Semua tergantung karakter dari pasangan kita. Manusia tidak bisa disamaratakan,” ujar Handoko. Menurutnya, emosi seseorang muncul dengan karakter tertentu. Bila Anda bisa menyikapi karakter emosi si dia dengan tepat, hubungan Anda berdua akan makin dekat dan nyaman.
Namun, bila Anda tak mampu mengenal karakter pasangan dengan tepat, jangan heran bila Anda sering salah menafsirkan perasaan pasangan. Alhasil, hubungan asmara dengan pasangan pun jadi runyam.
Agar bisa memahami komunikasi nonverbal pasangan dengan lebih mudah, cari tahu dulu jenis karakter pasangan, apakah ia termasuk introver atau ekstrover. Sebab, menurut Handoko, cara Anda merespons bisa dipelajari lewat dua jenis karakter tersebut.
Secara umum, seseorang yang sedih akan menunjukkan ekspresi di bagian wajah. Gestur tubuh akan menunduk, meringkuk seakan butuh pelukan dan perlindungan, sementara suara menjadi lebih rendah dan kata-kata yang diucapkan cenderung melambat. Cara merespons sikap terhadap pasangan yang introver dan ekstrover tentu berbeda. Saat si introver sedih, yang perlu Anda hindari adalah mendesaknya menceritakan penyebab ia sedih. Karena, desakan hanya akan membuatnya makin kesal dan terpuruk.
Berbeda dengan introver, para ekstrover umumnya selalu ingin mengungkapkan apa yang dirasakan. Yang harus Anda lakukan: jadi pendengar yang baik, bukannya menyalahkan atau memojokkannya. Sebab, respons seperti itu hanya akan menyulut kemarahan sehingga bisa meledakkan emosinya.
Tak hanya ketika sedih, pada saat marah si introver dan ekstrover akan menunjukkan tanda-tanda yang berbeda. Meski secara umum kedua jenis karakter itu akan menunjukkan ekspresi di wajah seperti rahang yang mengeras disertai suara yang meninggi dengan volume lebih keras. Kepala dan tubuh cenderung maju, dengan tangan mengepal, disertai gerakan lain yang menggambarkan kondisi emosional.
Namun, semarah-marahnya seorang introver, ia tidak akan menunjukkan emosi meledak-ledak. Yang terjadi justru ia makin menarik diri dan diam. Yang mereka butuhkan bukan pembelaan. Menjadi pendengar yang baik sudah lebih dari cukup bagi si introver. Anda juga perlu hati-hati dalam memberikan nasihat kepada si introver. Tak tepat menasihati, si introver malah bisa makin terbebani dan makin merasa bersalah.
Tidak demikian dengan si ekstrover. Saat marah ia cenderung meluap-luap. Dalam kondisi ini, dengarkan saja segala bentuk kemarahannya. Hindari menasihati si ekstrover, bersikap cuek, menunjukkan sikap tak tertarik mendengarkan luapan emosinya. Hindari pula memanasi si ekstrover, karena ini bisa membuat emosinya makin meledak.
Meski begitu, Handoko menekankan agar Anda bersikap hati-hati dalam memahami bahasa nonverbal pasangan. Sebisa mungkin, jangan sampai Anda salah memaknai bahasa tubuh pasangan dengan respons yang oleh orang lain bisa diartikan negatif. Teruslah berupaya memahami pasangan, termasuk mengenai komunikasi nonverbal. Sebab, hubungan cinta Anda berdua terlalu berharga untuk dirusak oleh hal-hal yang seharusnya bisa dihindari.