
Foto: Fotosearch
Masalah ketidaksuburan (infertilitas) memang baru bisa diketahui setelah seseorang menikah. Soalnya hal ini melibatkan pasangan yang sudah menikah dan ingin memiliki keturunan. “Infertilitas artinya ketidakmampuan pasangan yang sudah menikah untuk mempunyai anak atau konsepsi, dalam waktu satu tahun sejak usia pernikahan dengan frekuensi hubungan seksual yang teratur—minimal 3 kali seminggu—tanpa pemakaian kontrasepsi,” jelas dr. Sofani Munzila, SpOG dari RS Mitra Keluarga Depok.
Namun, kasus-kasus infertilitas juga sering terjadi karena ketidakpahaman kita sebagai perempuan mengenai siklus haid dan masa subur. “Masa subur ikut memegang peran penting dalam program kehamilan. Kadang, nih, hanya dengan mengerti masa subur maka 70-80% perempuan bisa hamil alami tanpa bantuan. Nah, masa subur itu tergantung dari siklus haid seseorang,” tambahnya.
Menurut dr. Sofani, sulit untuk memprediksi bahwa seorang wanita single 100% akan sulit memiliki anak jika dia belum menikah. Karena evaluasi kesuburan tersebut harus melalui beberapa tahapan rumit. Seperti mengecek kondisi vagina untuk mengetahui apakah ada atau tidak, bagaimana ukuran lubangnya, hingga bentuk dan ukuran rahim. Selain itu ada pula pemeriksaan khusus yang dilakukan pada wanita yang sudah berhubungan seksual.
“Pemeriksaan dilihat dari sisi hormonal, anatomi atau bentuk organ kandungan, dan fungsi organ kandungannya. Bila hormon dan fisiknya normal tapi belum juga hamil, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus pada bagian saluran telur (tuba fallopi) menggunakan Hystero Salpingo Graphy alias HSG.”
Pemeriksaan ini sangat penting karena proses kehamilan juga ditentukan oleh saluran telur yang menjadi tempat bertemunya sperma dan sel telur. Tapi bila tidak juga ditemukan kelainan setelah di-HSG, ada kemungkinan pasangan kita yang kurang subur. “Infertilitas nggak hanya ditemui pada wanita karena ada mitos 'perempuan mandul'. Ada male factor dan female factor—kita nggak bisa menyalahkan satu pihak. Untuk mengecek apakah memang male factor, evaluasinya lebih mudah karena hanya perlu dilakukan sperma analisa,” saran dr. Sofani.
Buat kita wanita single yang penasaran soal masalah kesuburannya, sangat dianjurkan menjalani pemeriksaan pranikah (pre-marital check up). Ibaratnya, tuh, menyiapkan kesehatan organ reproduksi kita sebelum 'dipakai' secara maksimal, he he he.
“Kalau belum menikah minimal dilakukan pemeriksaan USG dan pemeriksaan dalam dengan teknik yang dilakukan hanya kepada perempuan yang belum menikah—dalam hal ini masih virgin atau selaput dara masih utuh,” kata dr. Sofani.
Apalagi bila selama ini kita merasakan adanya kelainan saat menstruasi. Misalnya jadwal nggak teratur, ada nyeri saat haid, atau jumlah darah yang keluar terlalu sedikit maupun justru berlimpah.
“Kalau memang ada gangguan hormon, lebih baik diterapi dulu sebelum menikah. Saya menganjurkan 2-3 bulan sebelum menikah konsultasi ke dokter kandungan, kasih tahu masalahnya apa. Jadi, setelah menikah dalam satu tahun pertama sudah teratasi.”
Jangan sampai setelah satu tahun menikah baru datang ke ginekolog karena belum juga hamil. Begitu diperiksa kita memiliki kista sebesar 7cm!—padahal kelainan itu pasti sudah ada sejak kita masih gadis. Kalau cepat ketahuan, kan, kesehatan organ reproduksi kita nggak perlu jadi taruhannya. Setuju? (f)
Topic
#kesuburan