
Namanya Hamish Daud Wyllie (34). Wajahnya mulai banyak menghias sampul depan dan halaman berbagai majalah gaya hidup bergengsi. Pria yang melejit sebagai host acara traveling di salah satu TV swasta ini menjadi gambaran ideal sosok pria petualang yang tak hanya berhasil menaklukkan keliaran alam Indonesia yang menawan, tapi sekaligus hati banyak wanita yang terpikat oleh ketampanan dan kesederhanaannya. Kepada femina, Hamish, yang turut membintangi film Supernova, membagikan beberapa rahasia kecil hidupnya.
HIDUP DI HUTAN
Lahir dari bapak berkebangsaan Australia dan ibu berasal dari Bawean, Madura, Hamish adalah pemegang paspor Australia yang tak bisa lepas dari Indonesia. Menumpang lahir di Gosford, Australia, pada 8 Maret 1980, ia menghabiskan masa kecilnya di Bali dan Sumba, Nusa Tenggara Timur. Dari sang ayah, David Wyllie yang sebelumnya telah 40 tahun hidup di Indonesia, Hamish kecil banyak belajar tentang sejarah dan budaya masyarakat Sumba.
“Saya mulai kesal pada teman-teman saya yang lebih mengerti tentang Amerika, atau liburan ke Singapura daripada keindahan alam Indonesia. Saya juga gemas menyadari bahwa mereka tidak tahu apa perbedaan antara Sumba dan Sumbawa,” sesal Hamish.
Kepada femina, pria yang sudah setahun lebih memandu acara TV swasta wisata petualangan My Trip My Adventure ini sempat bercerita tentang Sumba di era kejayaan rempah-rempah Nusantara. “Seratus lima puluh tahun sebelum ditemukannya penisilin, Sumba sudah menjadi tujuan utama para pedagang Arab yang berburu kayu cendana. Kayu ini rupanya jadi obat mujarab penyakit kelamin akibat gaya hidup para bangsawan di Arab yang punya banyak istri,” kisahnya, bersemangat.
Kecintaannya pada petualangan, sejarah, dan budaya ini berawal sejak usia muda dan menitis dari sang ayah. Sejak usia tiga tahun ia sering diajak berkelana oleh sang ayah yang gemar melakukan perjalanan dari ujung barat hingga ke ujung timur Indonesia.
Di usia 10 tahun, ia sempat meninggalkan sekolah karena ketiadaan biaya dan bertahan hidup di hutan Sumba bersama ayahnya yang telah berpisah dari ibunya sejak lama. Selama dua tahun, mereka berjuang menyambung hidup, murni bergantung dari alam. Berjalan keluar masuk hutan, memetik kangkung di sawah, dan ikut ayahnya memancing ikan di laut, menjadi pelajaran hidup yang Hamish lahap tiap harinya. Meski disajikan sederhana, masakan ayahnya menjadi makanan terenak yang pernah ia nikmati.
“Punya atau tak punya uang, Bapak selalu bisa membuat hari-hari kami terasa begitu menyenangkan. Bersamanya, tiap hari adalah sebuah petualangan,” ceritanya penuh binar saat mengisahkan nostalgia masa kecilnya ini. Di mata Hamish kecil, masa-masa susah saat kecil dulu justru jadi eksplorasi pengenalannya pada alam. Pengalaman inilah yang menjadikan pria penyuka olahraga surfing ini tangguh dan mencintai petualangan.
Tak heran jika kepergian sang ayah untuk selamanya membekaskan duka yang begitu dalam di hatinya. Sang ayah meninggal akibat masalah jantung, tak lama setelah Hamish sendiri mengalami tragedi yang mengubah seluruh hidupnya. Di usia ke-30, ia terjatuh dari atap rumah, ketika hendak membetulkan listrik, dan mengalami koma selama 5 bulan.
Melihat wajah gantengnya sekarang, Anda mungkin tidak percaya bahwa separuh wajahnya pernah hancur gara-gara kecelakaan itu. “Beberapa bagian wajah, seperti tulang pipi, diganti lempeng dari bahan titanium. Tulang hidung hingga saluran pernapasan juga sintetis,” jelas Hamish, yang gara-gara ini pernah mengidap fobia pada ketinggian.
Kini, ia mampu melihat sisi humor dari kondisinya. Salah satunya dengan mengatakan bahwa ia kecewa lempengan logam itu tidak membuat sensor logam di airport atau toko-toko berbunyi. “Padahal, saya menunggu saat-saat itu terjadi,” ujarnya, tertawa.
Sempat terpuruk karena menangkap sinyal pesimistis dari para dokter terhadap kondisinya saat itu, Hamish membuat daftar keinginan yang akan ia lakukan jika ia diberi kesehatan dan umur yang panjang. Sekitar empat dari delapan keinginan yang ada telah berhasil dicapainya. Dua di antaranya, mengikuti triathlon dan bermain film di layar lebar.
“Awalnya, daftar ini adalah cara saya menghibur diri, saat hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Makanya, dokter saya sampai menangis saat tahu saya bisa mencapai garis finish di lomba triathlon itu,” ujarnya, tentang kiprahnya di Sungailiat Triathlon 2014, Bangka, April lalu. Meskipun finish di urutan belakang, ia senang bisa merampungkan triathlon pertamanya.
Mengenang masa-masa berat ini membuatnya sedikit emosional. Bagaimana tidak, selama 5 bulan koma, ia bangun sebagai orang yang amnesia. Tidak ingat siapa dan apa-apa lagi. Tiga bulan pertama itu ia juga tidak bisa melihat dan harus menjalani rehabilitasi selama 1,5 tahun, dan kembali belajar menyetir mobil, karena sudah lupa bagaimana caranya.
Kembali hidup, membuat pria yang berhasil mengatasi fobianya pada ketinggian ini punya ketakutan baru. “Mungkin terdengar membosankan, tapi ketakutan saya saat ini adalah tidak memaksimalkan kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan. Never take anything for granted,” ujarnya, mengungkapkan prinsip hidupnya.
Ketika berganti kostum untuk pemotretan, femina sempat mencuri lirik torehan tato bergambar separuh sayap di punggungnya. “Tato ini seperti buku harian yang menggambarkan kehidupan saya yang sifatnya sangat pribadi. Tentang hubungan saya dengan Sumba, tentang keluarga saya. Jadi, tato ini masih belum selesai, masih ada beberapa gambar yang harus ditambahkan,” ungkapnya.
Bali menjadi rumah peristirahatan ketika jiwa petualangnya mulai terasa lelah. Baginya, rumah lebih dari sekadar tempat berteduh, tapi juga sebagai ruang pribadi. Sebab, bekerja di dunia arsitektur dan dunia hiburan membuat dirinya bertemu dengan banyak orang. Sehingga, ia merindukan ruang untuk sendirian saja. Di waktu seperti ini, ia akan mematikan ponselnya, tidur, nonton film, dan membaca buku.
Apakah ia tidak merasa kesepian? “I love my space,” katanya. Namun, tidak berarti ia ingin selamanya menikmati ruang hidupnya seorang diri. “I’d love to get married, kalau memang dikasih Tuhan. Buat saya, bertemu pasangan hidup dan menikah bukanlah sesuatu yang bisa kita rencanakan. Tuhan sudah merencanakan jalan hidup kita. Cukup percaya dan jalani kehidupan, itu saja,” jawabnya, sedikit berfilosofi.
Tentunya ia sudah memiliki calon istri, ‘kan? Sambil tertawa, ia berujar, “Belum ada calon istri. Kekasih saya saat ini adalah motor Triumph saya yang saya beli di usia 31. Dia cinta pertama saya.” Ia mengaku bukan tipe pria lovey dovey, pemuja romantisisme yang sukanya hanya berdua-duaan dan bermanja-manja. Ia menginginkan hubungan dewasa yang setara. (f)