Pameran
Pameran Manifesto 6.0, Multipolar: Interpretasi 20 Tahun Reformasi dalam Seni Rupa

8 May 2018

Foto: RW

Seperti apa wajah Indonesia setelah 20 tahun reformasi?

Berbagai praktik narasi, konsep, dan pemikiran dari pengalaman estetis warga yang bersifat multipolar yang muncul menjadi tema menarik bagi para perupa Indonesia. Hal ini tak lepas dari perubahan sosial budaya, serta efek perkembangan media dan teknologi yang begitu cepat di masa ini.
 
Gagasan ini ditampilkan oleh para seniman perupa pasca-98 di pameran Manifesto 6.0 yang bertema Multipolar: Seni Rupa 20 Tahun Setelah Reformasi.

Menurut tim kurator pada malam pembukaan pameran Rabu (2/5), pameran ini sengaja menampilkan karya seniman yang lahir tahun 1980 dan setelahnya dan menawarkan presentasi reflektif dari dua dekade terakhir.
 
Presentasi ini menjadi menarik karena berlangsung di tahun politik, sebuah momen saat pilihan warga menentukan arah masa depan bangsa.

Tim kurator terdiri dari A. Sudjud Dartanto, Bayu Genia Krishbie, Citra Smara Dewi, dan Teguh Margono.

Isu-isu yang diangkat dalam karya di antaranya, isu kritik sosial politik hingga pencarian identitas. Hal ini diduga berbeda dari angkatan pra-98. Saat itu angkatan pra-98 berada di bawah situasi trauma pasca-65 (angkatan kelahiran 60-an) hingga awal milenium (angkatan kelahiran 70-an).

Ada 61 karya, dari lukisan, patung, keramik, instalasi, grafis, fotografi, mural dan video art yang dipamerkan mulai 2-17 Mei 2018 di Gedung A, B, dan D, Galeri Nasional Indonesia.

Banyak karya yang akan mengajak Anda mengingat sejarah hingga berinteraksi dengan karya.

Di malam pembukaan, salah satu karya yang banyak menarik perhatian pengunjung adalah Joki-Jokian, karya Putri Ayu Lestari.

Ia melakukan seni eksperimental dengan menjadi joki 3in1 di Jakarta selama 1 bulan. Putri lalu mengumpulkan informasi dari para pengguna jasa joki tentang bagaimana sosok joki yang mereka inginkan.

Dalam instalasinya, Putri menghadirkan permainan padu padan busana seperti permainan bongkar pasang sewaktu kecil. Pengunjung bisa mendandani sosok Putri di dinding dengan pilihan busana dan aksesori dari kertas untuk menjadi joki idaman.

Sementara seniman Tromarama bermain dengan sosok Popo yang mengintip di balik bilik Pemilu. Mengingatkan kita akan hangatnya musim pilkada dan pilres yang sudah di depan mata.

Farid Stevy Asta dari Yogyakarta mengajak kita merenung sejenak dengan Hore. Lewat permainan kata sederhana, ia menunjukkan realita hidup yang begitu singkat.

Pameran MANIFESTO pertama kali berlangsung pada tahun 2008 tepat pada peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Pameran dua tahunan ini terus berusaha menjaga ciri khasnya sebagai cermin dan pemetaan arah perkembangan seni rupa Indonesia. (f)

 Baca juga:

Pameran Pertama Maestro Sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer

Pameran Yayoi Kusama Pertama di Indonesia



Topic

#pameran

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda? 

https://www.helpforassessment.com/blog/style/ https://www.baconcollision.com/css/ https://seomush.com/ https://radglbl.com/ https://stmatthewscommunityhall.co.uk/vendor/ https://www.bgquiklube.com/style/ https://proton.co.ke/css/ https://www.888removalist.com.au/vendor/ https://quill.co.id/js/ https://aniworld.com.de/css/ https://gmitklasiskupangbarat.or.id/js/ slot gacor สล็อตออนไลน์" เว็บตรงสล็อต MAX33 คาสิโนออนไลน์ MAX33 สล็อตเว็บตรง