Ia memberi contoh kasus yang baru-baru ini terjadi. Sebuah perusahaan jamu baru saja mendaftarkan diri dalam listing pasar saham karena membutuhkan modal. Misalnya kita memiliki reksa dana dan manajer investasi memasukkan dana kita ke sana, artinya kita secara tidak langsung berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan tersebut. Ketika perusahaan ini maju, produksinya makin besar dan pajak yang masuk untuk negara juga lebih besar. Ketika kios-kios jamu makin banyak, artinya angka pengangguran juga bisa ditekan.
Pada tingkat individu, selain berpartisipasi dalam kemajuan ekonomi mereka yang berinvestasi, juga membangun financial security untuk diri sendiri dan keluarganya. Dengan gaya hidup masyarakat yang makin konsumtif, menciptakan keamanan finansial ini memang sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi.
“Kalau 10-20 tahun lalu makan di mal masih merupakan sesuatu yang mewah, kini siapa saja bisa melakukannya hampir tiap minggu. Kalau gaya hidup ini terus dipertahankan tanpa ada persiapan untuk masa depan, bagaimana nantinya?” ujar Kiki, khawatir.
Menunda atau merasa ragu untuk investasi, dan keukeuh hanya mengandalkan tabungan atau investasi yang cenderung konvensional, seperti emas atau deposito, menurutnya wajar saja ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya investasi. Melihat generasi ibu atau nenek, sepertinya kehidupan mereka baik-baik saja tanpa pernah berurusan dengan reksa dana dan pasar saham.
“Kalau dunia investasi dulu didominasi bapak-bapak, sekarang banyak ibu-ibu yang tertarik pada berbagai jenis investasi yang bisa mereka jadikan passive income,” ungkap Kiki.
Lalu, berapa banyak uang yang bisa kita dedikasikan untuk investasi? Seseorang baru bisa memikirkan investasi setelah semua pengeluaran kebutuhannya tertutup dan tabungan sudah tersisihkan. Saat ada idle money atau dana lebih yang tidak terpakai, Irwanti menyarankan untuk menginvestasikan sebesar 30 persennya.
Menurut Kiki, investasi harus dialokasikan atau disisihkan dari awal. “Setelah semua kebutuhan terpenuhi, sisihkan untuk tabungan dan investasi. Baru uang yang tersisa boleh dipakai untuk bersenang-senang,” ujarnya.
Primaritas Smita
Foto: Corbis