Foto: Tenni
Empat motif yang khusus Biyan ciptakan adalah motif hortensia, motif kerchief, motif hydrangea, dan motif floral garden. Keempat motif ini akan diproduksi oleh perajin di Kampung Panawuan, Kelurahan Sukajaya Kecamatan Tarogong, Garut, Jawa Barat. Biyan akan mengolah kain tersebut menjadi busana siap pakai.
Biyan merupakan desainer kedua yang mengunjungi perajin di Kampung Panwauan. Sebelumnya desainer Sebastian Gunawan (Seba) telah lebih dulu berbagi inspirasi dan memesan kain tenun garut di kampung ini.
CTI telah bekerja sama dengan berbagai desainer sejak tahun 2010 yakni Priyo Oktaviano (Bali), Didi Budihardjo (Sambas), Denny Wirawan (Sulawesi Tenggara dan Sumba) dan Ari Seputra (Lombok). Femina hadir bersama Biyan dalam kunjungan di pelatihan tanggal 4 Oktober lalu.
Menurut Biyan, segala hal yang dikerjakan dengan tangan semakin punah seiring arus industrialisasi. “Apa yang dilakukan warga Garut ini mempertahankan tradisi, merupakan martabat dan dapat memberikan nilai tambah bagi kain itu sendiri. Saya berharap dengan workshop yang dipelopori oleh CTI ini, semakin banyak anak muda yang mau terjun langsung melestarikan tenun Garut,” ungkap Biyan.
Biyan mencontohkan sketsa-sketsa kain hasil karya perajin yang bisa digunakan utuh atau dipotong-potong untuk busana. “Ketika dipotong-potong dan dipadukan dengan kain lain, yang pertama harus diperhatikan adalah komposisi warna. Saya ingin memastikan perajin di sini bisa menghasilkan warna yang saya atau desainer lain inginkan.”
Selain itu, perajin juga harus rajin berlatih agar bisa menghasilkan warna yang sesuai. Desainer bisa dengan tega menolak kain jika warnanya tidak sesuai dan ini bisa merugikan perajin.
Dalam kesempatan bertemu Biyan itu, warga yang hadir juga bisa tanya jawab langsung dengan Biyan. Ada seorang warga yang bertanya bagaimana membuat motif atau menghasilkan warna yang disukai pasar.
“Agar bisa menghasilkan warna kain yang disukai pasar, perajin harus mengikuti tren melalui internet, atau membuka-buka majalah. Suatu produk harus mewakili zamannya. Perkaya cara pandang, tidak hanya mengandalkan nurani atau keinginan sendiri. Selama proses ini, Anda akan dengan sendirinya paham apa yang diinginkan pasar jika mau terus mencoba berkreasi,” tutur Biyan.
Biyan juga menekankan agar perajin bisa disiplin menyelesaikan kain. Industri yang terus bergerak membutuhkan disiplin dalam berkarya. Desainer juga memiliki tenggat waktu dalam menghasilkan busana dan perlu komitmen dari perajin untuk bisa menyediakan kain yang diperlukan. (f)
Baca juga:
34 Tahun Berkarya, Ini Koleksi Terbaru Biyan
5 Inspirasi Wastra Indonesia untuk Gaya yang Berkarakter
Ingin Tampil Menawan? Coba 4 Inspirasi Mode Wastra Indonesia
Topic
#tenun, #garut, #biyan