Perhatian kita mulai teralihkan oleh segala pernak-pernik rumah tangga saat berjalan-jalan. Mulai dari seprai, piring, bahkan mesin cuci. Terdengar sepele, tapi sebenarnya otak kita sedang membayangkan rumah idaman setelah menikah.
Melihat wedding fair
Jika si dia dengan senang hati mau diajak melihat-lihat, kita boleh bernapas lega. Setidaknya pasangan sudah berada di frekuensi yang sama dengan keinginan kita. Siapa tahu spontanitas booking fotografer prewedding berujung lamaran, hi hi hi.
Punya tema
Saat menghadiri resepsi teman atau keluarga, kita dan si dia selalu menjadikannya bahan diskusi. Kita berdua sudah paham banget ‘dos and dont’s’ untuk menghasilkan resepsi yang sempurna.
Hati ke hati
Terutama yang sudah yakin terhadap pasangannya, tuh, selalu menunggu momen ngobrol serius. Ini memang salah satu tahap yang harus dilewati untuk menyamakan persepsi.
Rekening bersama
Advertisement
Mencicil persiapan
Kita mulai membeli bahan kebaya atau gaun pengantin, kuteks, hingga lingerie dengan alasan ‘lebih baik mencicil sejak jauh hari’. Belakangan Pinterest kita juga berisi contoh-contoh tatanan rambut, makeup, serta dekorasi pernikahan.
Berburu tempat tinggal
Kita dan si dia tanpa sadar sering melihat iklan rumah yang dijual atau dikontrakkan. Sst, ini lebih penting ketimbang berburu gedung untuk resepsi. Memangnya mau tetap menumpang di rumah ortu?
Pengumuman keluarga
Sudah pasti harus ada kesepakatan berdua sebelum memberitahu ortu masing-masing maupun keluarga besar. Kalau sudah diumumkan, si dia atau kita bakal sulit untuk menariknya kembali, tuh.
