20 May 2016

Made Ika Kusuma Dewi Aktif Mengikuti Kegiatan Pemberdayaan Wanita

Made Ika Kusuma Dewi sangat bangga akan tanah leluhurnya, Bali. Di saat peluang mengembangkan karier di Jakarta terbuka lebar, Pemenang Busana Nasional WF 2015 ini justru memilih tetap tinggal di Bali untuk menyelesaikan studi S2, jurusan Bahasa dan Budaya Bali, Fakultas Ilmu Komunikasi Hindu, Institut Hindu Dharma Negeri, Denpasar, Bali. 
           
Memang, jurusan yang ia pilih terbilang unik. Hal itu disebabkan oleh rasa prihatin dirinya akan kondisi generasi muda saat ini yang kurang menaruh minat dalam melestarikan warisan leluhur seperti bahasa lokal dan budaya daerah mereka. “Padahal, Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam, indah, dan unik bila dieksplorasi,” ujar Ika, antusias.
           
Kecintaan Ika kepada tanah Bali ia wujudkan pula lewat kegiatan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) beberapa daerah di Bali yang terbilang masih tertinggal. Salah satunya, kampung halaman tercinta: Desa Gianyar. Ika menjelaskan, tingkat kemiskinan di desa Gianyar cukup memprihatinkan. Banyak wanita di desa tersebut yang tak bekerja karena dulunya tak punya ijazah untuk sekolah. Banyak juga yang tak memiliki keterampilan. “Akibatnya, mereka hanya bisa pasrah dengan mengandalkan pendapatan dari suami yang hanya pekerja serabutan,” kisah Ika, sedih.
           
Lewat Yayasan Dharma Kusuma yang didirikan sang Ayah, Prof. Dr. Ir. Nyoman Weda Kusuma, M.S, Ika pun terlibat aktif menangani sejumlah kegiatan pemberdayaan wanita dan ibu muda di Gianyar. “Bekerja sama dengan Lembaga Keterampilan Perempuan (LKP) Bali, yayasan kami mengadakan pelatihan keterampilan gratis untuk wanita dan ibu muda di Gianyar,” jelas anak kedua dari 3 bersaudara ini.
           
Ika menjelaskan, sekolah pelatihan keetrampilan gratis yang ia adakan meliputi kursus jahit dan seni tata rias. Kegiatan tersebut, menurut Ika, bisa menjadi bekal bagi para wanita di Gianyar agar mereka bisa membantu meningkatkan perekonomian keluarganya masing-masing.
           
Ika memang tak tanggung-tanggung menceburkan diri dalam mempelajari kebudayaan.  Tak hanya Bali, ia mengaku ingin pula mempelajari berbagai karakteristik budaya di Indonesia, termasuk menguasai komunikasi lintas budaya. “Indonesia itu unik. Walau hidup di negara yang sama, setiap suku dan daerah punya cara berkomunikasi yang berbeda. Nah, saya ingin bisa berkomunikasi dengan orang-orang dari seluruh daerah di Indonesia,” ujar wanita yang juga aktif berkegiatan sosial di Yayasan Sayangi Bali ini. (f) 
 

Faunda Liswijayanti


Topic

#wajahfemina