
Wajah Femina memiliki kesan mendalam bagi para finalisnya. Termasuk, bagi Asih Kurniati (25).
“Saya senang banget saat diberitahu kalau saya masuk daftar finalis dan harus hadir untuk foto pertama kali,” kenangnya.

Asih juga teringat saat hari pertama karantina, ketika dia bisa bertemu dan berkenalan dengan teman-teman finalis lainnya. Yang nggak kalah berkesan adalah saat dia latihan koreografi bersama Ari Tulang.
“Ketika itu ada salah satu teman yang mengajak bicara, dia mengajukan pertanyaan. Seketika itu juga saya ditegur oleh asisten Ari Tulang dengan suara yang cukup lantang. Semua sampai kaget dan berekspresi dengan mimik lucu,” paparnya.
Dari semua momen yang terjadi selama pemilihan, Asih memilih malam puncak sebagai peristiwa yang paling dikenang.
“Selain bisa mengenakan baju rancangan desainer ternama dan dirias cantik, saya juga bisa tampil di panggung dengan koregrafi sempurna,“ senyumnya.
Lain lagi dengan Yessy Fouryana, yang juga merupakan finalis Wajah Femina 2015. Awalnya dia mengira menjadi bintang film, tuh, mudah. Namun, dia berubah pikiran begitu masuk karantina Wajah Femina.

“Dulu saya pikir menjadi pemain film tinggal baca naskah dan akting. Ternyata, sulit sekali. Untung di kelas akting ada aktor senior Mathias Muchus yang memberi kami banyak ilmu,” ucapnya.
Finalis asal Batam ini pun bercerita kalau Mathias memberikan sejumlah tip. Tak tanggung-tanggung, aktor asal Minangkabau ini mempraktikkan banyak karakter dengan bahasa tubuh dan lafal pengucapan.
“Namun saat mempraktikkannya di depan kamera dengan naskah yang telah saya hafal di luar kepala, semua langsung buyar. Bahkan sedikit perubahan kata-kata malah membuat lawan main menjadi bingung,” ucapnya.
Meskipun ada penilaian selama penjurian, Yesy mengaku tidak merasa bersaing dengan sesama finalis. Sebaliknya, ia merasa ajang Wajah Femina menjadi peristiwa pembelajaran besar terhadap dirinya, terutama dalam menjalin hubungan baik dengan semua orang.
“Selama karantina, sebuah keluarga baru terbentuk dan teman-teman finalis sudah seperti saudara sendiri,” tambahnya.
Moriska yang juga merupakan finalis WF 2015 mengakui kalau WF menjadi peristiwa yang paling dinanti. Sampai-sampai, nih, aktivitas gladi resik yang dijadwalkan saat dini hari pun tetap dijalankan dengan semangat tinggi.

“Kerja keras mulai dari belajar menari dengan Ari Tulang hingga catwalk dengan para koreografer akhirnya bisa diperagakan di malam final, di hadapan juri, dan penonton,” jelasnya senang.
Menurut wanita asal Padang ini pembekalan yang diterimanya selama karantina telah membentuknya menjadi sosok yang terampil. Dulu Moriska mengaku tidak bisa berjalan selayaknya model. Kini, dia bisa melenggang di atas panggung dengan memukau.
“Meski latihan catwalk berlangsung sampai larut malam, tetap saja ini terasa seru. Apalagi sambil tertawa bareng dengan teman-teman,” ujarnya sambil berharap peristiwa ini bisa terulang kembali. (f)
Topic
#wajahfemina