17 Mar 2014

Muti’ah Murni - Berakting Dari Hati
Dunia seni peran bukan hal baru bagi Muti’ah Murni (25) sejak usia belasan tahun ia telah berakting di sinetron. Namun, tetap saja ia tak menyangka bahwa gelar Best Acting Wajah Femina (WF) 2013 akan jatuh ke tangannya. Kini, sambil berbisnis dan melanjutkan kuliah, ia ingin terus mengasah kemahiran aktingnya.

Bermula dari perannya sebagai putri raja di sinetron Prahara Prabu Siliwangi saat berusia 13 tahun, perempuan yang akrab disapa Muti ini mengaku telah jatuh hati dengan dunia seni peran. Sebelum mengikuti WF, Muti memang lumayan rajin mengikuti casting. Ia akhirnya sering menghabiskan akhir pekan untuk syuting sinetron dan FTV.

Bahkan, berkat peran dalam sinetron pertamanya itu, ia sempat masuk koran lokal dengan judul berita ‘Muti Ingin Jadi Artis Sinetron SCTV’. Guntingan koran itu masih ia simpan, sebagai pengingat bahwa kata-kata adalah doa, yang suatu saat akan terkabul.

Sejak itu, minatnya terhadap dunia seni peran terus tumbuh. Apalagi, passion-nya di bidang inilah yang kemudian membawanya bersinar di WF. “Dulu, saya kira saya hanya cocok buat peran antagonis. Setelah ikut pembekalan akting di WF, saya baru tahu, saya bisa berakting macam-macam, termasuk menangis,” ungkap wanita yang juga pernah menjadi model videoklip ini.

Sadar bahwa pemilihan model di Feminagroup dapat mengantarnya pada berbagai peluang karier, menjadi bagian dari WF adalah cita-cita Muti sejak lama. Tahun 2013 adalah kali kedua ia mencoba mengikuti WF. Perempuan yang menghabiskan masa remajanya di Lombok ini bahkan pernah mendaftar Gadis Sampul.

“Niat awal saya ikut WF adalah untuk memperluas jejaring. Kini, femina seperti keluarga baru saya,” ujarnya. Sesama finalis WF 2013 pun kini menjadi sahabat-sahabat barunya.
Diakui Muti, kesempatan belajar akting langsung bersama aktor Reza Rahadian saat karantina WF sangat membantunya menggali passion di bidang seni peran. Ia pun sempat bertanya pada pemeran Habibie dalam film Habibie dan Ainun itu, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan ‘berakting dari hati’.

“Reza bilang, hal itu berarti berakting dengan jujur. Hati, kan, nggak bisa ditipu. Makanya, pas dapat script untuk perform di kelas akting, saya berusaha tampil sejujur mungkin, menempatkan diri di posisi karakter saya itu,” ujar Muti, yang tengah sibuk dalam proyek pembuatan film pendek di Gili Trawangan, Lombok.

Ilmu yang didapatnya dari kelas akting saat karantina pun menjadi bekalnya untuk memukau dewan juri. Nicolas Saputra menilai, Muti adalah finalis yang paling cepat tanggap dalam memahami skenario yang diberikan pada saat penjurian. Penampilannya sebagai penumpang taksi yang cerewet pada Malam Final pun dipandangnya cukup menghibur.

Berbekal predikat alumni WF, Muti mengaku siap berkarier di bidang yang menjadi pilihan hatinya. Ia pun ingin terus mengembangkan kemampuan aktingnya dengan mengikuti kelas akting, sebagai bekal menjalani proses casting. “Saya ingin berakting dalam film layar lebar. Karena ada proses reading, saya punya kesempatan lebih untuk mendalami karakter,” tutur wanita yang pernah beradu akting bersama Christian Bautista dalam film Simfoni Luar Biasa ini.

Di sisi lain, seni peran bukanlah satu-satunya passion mahasiswi magister kenotariatan ini. Bersama sang kakak, Muti menjalankan bisnis production support untuk pembuatan iklan komersial. Ia pun berencana membuat bisnisnya naik kelas, dengan mengikuti lomba Wanita Wirausaha Femina 2014.

Puji Maharani
Foto: Dok. Femina