21 Jan 2015

Alya Nurshabrina: Learning, Not Studying

Lahir di keluarga yang sangat mementingkan pendidikan, Alya Nurshabrina tak ingin kemenangannya kali ini membuat ia menelantarkan pendidikannya. Komitmennya, ia ingin menjalani keduanya dengan baik. Karena ketika lampu hijau untuk aktif di dunia modeling ia dapatkan dari kedua orang tuanya, Ina Nuraini dan Rudiyandi Praditya, Alya telah berjanji bahwa semua kegiatan di luar akademisnya tak mengganggu nilai-nilai sekolahnya.
   
Semasa SD hingga SMA, Alya mengaku sebagai anak kutu buku yang senang di rumah dan belajar. “Mungkin kalau teman-teman saya dulu menilai saya sebagai sosok yang pendiam dan tak senang bergaul, kerjanya hanya baca buku” katanya, tertawa. Hingga akhirnya ia mengikuti kelas inspirasi bersama sebuah organisasi bernama Adam Khoo. Di sini ia belajar banyak tentang pentingnya fokus untuk mencapai sebuah tujuan.

“Saat itu pertama kalinya saya merasa mindset saya berubah. Dari dulu saya sebenarnya tipe pemikir, misalnya tinggi badan saya cukup, kalau saya jadi model gimana ya? Tapi ya hanya sebatas dipikiran, tidak ada tindak lanjut yang saya lakukan,” ujarnya. Mengikuti kelas Adam Khoo, membuatnya bernyak semangat mengubah pikiran itu menjadi sebuah tindakan nyata.
   
Merasa mendapatkan banyak manfaat dari kegiatannya bersama organisasi ini, Alya pun tergerak untuk menjadi volunteer disini. Ia ingin memotivasi anak-anak dan remaja lain bahwa belajar itu bukan hal yang membosankan dan bisa sangat menyenangkan. Sejak tahun 2011, Alya bergabung sebagai volunteer hingga akhirnya kini menjadi salah satu pelatih di organisasi yang bergerak untuk memotivasi anak-anak dan remaja dalam hal pendidikan.
   
Tugasnya, menjadi pelatih di I’m Gifted Camp yang diselenggarakan oleh organisasi Adam Khoo, diakuinya memberikan banyak ruang untuk dirinya mempelajari hal-hal baru. Tidak hanya memotivasi para peserta yang terdiri dari anak-anak dan remaja, tapi juga menambah motivasi dirinya, lagi dan lagi.
   
Meski menurut Alya, tak mudah bisa menjadi pelatih dalam training ini. Ia harus memotivasi peserta yang usianya tak jauh beda dengan dirinya. “Berdiri layaknya seorang guru di hadapan audience yang seumuran, memang butuh kesiapan. Selain saya harus mampu menyampaikan pesan, saya juga dituntut menjadi mentor yang sekaligus teman bagi mereka,” ungkap Alya.
   
Bagi Alya, proses belajar haruslah menjadi hal yang menyenangkan. “Menurut saya, learning itu berbeda dengan studying. Learning itu bisa dilakukan di mana saja, tak hanya di sekolah. Semangat untuk mengetahui dan mencoba hal-hal yang baru akan memperkaya pengetahuan kita akan banyak hal. Sepanjang hidup kita tidak akan berhenti belajar,” katanya, bijak.
   
Anak sulung dari tiga bersaudara ini pun mengaku menikmati masa-masa karantina Wajah Femina 2014 sebagai tempatnya belajar. Baginya, mencoba hal-hal yang baru merupakan tantangan tersendiri. Termasuk mengikuti karantina sebagai langkah awalnya memantapkan karier di dunia modeling dan entertainment.  ‘Banyak bekal karantina yang bisa bermanfaat untuk kehidupan saya ke depannya, misalnya kelas public speaking. Karena selama ini saya banyak berhubungan dengan orang lain, jadi kemampuan public speaking itu penting, dan pembekalan di karantina menambah ilmu saya,” ungkap Alya, senang.

Wanita yang mendapat julukan ‘petakilan’ dari teman-temannya karena tak bisa diam ini, nyatanya memang memiliki segudang kegiatan. Di luar menjalani kegiatan sebagai volounter di Adam Khoo dan model freelance, Alya juga senang mengisi waktu luangnya dengan melukis. Hobi yang telah ia lakoni sejak kecil ini bahkan telah menghasilkan banyak karya, yang belakangan mulai ia pamerkan di ajang pameran seni di kota Bandung.

“Belakangan ini, saya banyak membuat gambar realis tentang seseorang,” kata wanita yang gemar nonton Discovery Channel dan National Geographic ini. Ia juga mengaku bercita-cita ingin memiliki acara semacam Mata Najwa. Menurutnya, acara ini menarik karena dikemas dengan apik dan butuh ‘otak’.  Keinginan kuat Alya untuk terus belajar, menurutnya tak lepas dari semangat orang tuanya untuk selalu menuntut ilmu. “Saya melihat sosok ayah, selama ini ia tak pernah bosan untuk mencari ilmu lain yang tak terkait dengan bidang IT yang ia dalami sekarang,” katanya, bangga.

Faunda Liswijayanti