Pandemi COVID-19 tak hanya menjadi tamparan keras bagi mereka yang bekerja di sektor formal. Para pekerja kreatif turut kena imbas yang sangat besar. Mereka menjadi golongan yang ‘tak terlihat’ terkena dampak COVID-19, padahal industri seni melibatkan begitu banyak orang. Tak sedikit pekerja kreatif yang harus bergantung pada upah harian atau per proyek, yang menjadikan situasi krisis saat ini terasa lebih berat.

Seperti pantauan Lola Amaria, aktris, sutradara sekaligus produser untuk Lola Amaria Production ini, melalui Asosiasi Sutradara Film Indonesia ada sekitar 20 lebih produksi film yang berjalan sebelum pandemi COVID-19 terjadi di tanah air. Produksi seperti film, seri, iklan dan lainnya itu terpaksa harus diberhentikan karena aturan dari pemerintah yang tidak memperbolehkan ada kegiatan syuting sampai batas waktu yang belum ditentukan.

"Ini keadaan yang tidak pasti. Dan kami pada akhirnya bertahan sendiri-sendiri," cerita Lola pada sesi Facebook Live Femina Media bertajuk Nasib Pekerja Kreatif di Tengah Pandemi COVID-19. 

Dalam proses produksi sebuah karya film melibatkan banyak orang. Memang, ada beberapa orang yang bisa mengerjakannya seorang diri, misalnya seperti tim yang bekerja di bidang suara, musik atau penyuntingan. Namun, beberapa lainnya tetap harus dilakukan bersama banyak orang, dan dipaparkan Lola sulit dilakukan di masa pandemi ini.

"Persiapan produksi itu kan melibatkan banyak orang, yang sangat tidak mungkin dilakukan. Apalagi harus saling berinteraksi, menggunakan banyak peralatan seperti mobil, kamera, dan itu rentan dan risikonya besar jika kita tetap melakukan itu," jelasnya lagi.

Lola sendiri, sebagai seorang sutradara dan produser, sempat ada pembicaraan untuk memulai proyek baru pada bulan Februari lalu. Namun ketika pandemi datang, membuat perencanaan lebih lanjut terkait proyek barunya tersebut tertahan.

"Dalam proyek baru rencana akan dilakukan sekitar bulan September. Kalau syuting September, 4 sampai 5 bulan sebelumnya kami seharusnya sudah mulai bekerja. Di awal Maret kami sudah ada rapat untuk melakukan berbagai kegiata, seperti membuat timeline, memilih siapa yang akan terlibat, tim riset, menentukan penulis, itu sudah berjalan 10 persen. Tapi begitu pertengahan Maret, semua harus di-pending sampai batas waktu yang belum ditentukan," curhatnya lagi.

Selain itu, menurut Lola, bagi pekerja film jadwal adalah sesuatu yang penting, karena harus melibatkan begitu banyak orang. Dengan kondisi pandemi ini pun menjadi tantangan yang berat bagi pekerja kreatif seperti Lola karena harus mengubah jadwal akibat persiapan dan proses produksi yang harus dimundurkan sampai waktu yang belum diketahui pasti. 

Seperti yang dituturkan oleh Lola, karena kebanyakan pekerja kreatif dalam proses produksi film adalah pekerja lepas, maka kondisi ini pun menyulitkan bagi mereka. 

"Karena sekarang kondisinya kacau balau, semua orang sangat terdampak. Semua produskti dipending sampai batas waktu yang tidak ditentukan." pada sesi Facebook Live Femina Media bertajuk Nasib Pekerja Kreatif di Tengah Pandemi COVID-19.

Kini Lola akui memang sedang tidak ada produksi. "Saya merasa sedikit lebih lega dibandingkan rekan-rekan sesama sineas yang harus pusing tujuh keliling karena tiba-tiba produksi harus diberhentikan," curhat Lola.

Pandemi COVID-19 ini tak hanya berdampak pada proses produksi film saja, tapi juga pada kondisi keuangan para produsernya, yang seperti dituturkan Lola, terutama kepada produser-produser film yang memiliki production house sendiri. 

"Produser yang punya PH sendiri kan harus menghidupi karyawan in-house-nya, sementara pemasukan dari yang kecil-kecil seperti membuat videoclip, iklan atau konten itu nggak ada sama sekali," cerita Lola yang menuturkan bahwa produksi visual menjadi tidak ada sama sekali. (f)



BACA JUGA :
Film Labuan Hati, Saat Hati Tiga Wanita Bicara
Gina S.Noer Membuat Film Serial Tentang Persaingan Dua Wanita
Perayaan FFI 2019 Yang Penuh Kesan Bagi Kamila Andini


 

---

Topic

#LolaAmaria, #Corona

---