Foto: Citra Narada Putri
Di kawasan Kedutaan Besar Australia, Jakarta pada Selasa, 11 Juli lalu, keduanya tampak serius memulas cat berbagai macam warna di sebuah kanvas besar berukuran 2 x 3 meter. Walau saat femina temui lukisan tersebut belum selesai dirampungkan, dapat terlihat jelas perbedaan gaya melukis antara dua seniman tersebut.
Jandamarra menonjolkan gaya melukis ‘totol-totol’ padat yang menjadi ciri khas lukisan suku Aborigin, dengan gambar kura-kura yang melayang-layang dan warna-warna yang pekat. Sementara Jerry justru terlihat bebas memulaskan kuasnya menggambarkan naga-naga yang terbang kesana kemari dengan warna yang lebih halus dan terang.
Kontradiksi gaya melukis antara keduanya tak lantas membuat lukisan tersebut terlihat aneh. Perbedaan dua budaya, dua tradisi dan dua karakter melukis yang berbeda justru menampilkan keharmonisan tersendiri. Pemilihan tema lukisnya pun disesuaikan dengan misi yang mereka emban.
Harus melukis kurang dari 12 jam, keduanya menghadapi berbagai macam tantangan. Salah satunya adalah detail dalam melukis. “Kami berdua tipikal pelukis yang sangat detail. Sehingga, karena keterbatasan waktu, kami harus mengurangi detail-detail kecilnya tapi lukisannya harus tetap bisa menjelaskan pesan yang kami sampaikan,” ujar Jerry.
Keduanya yang baru pertama kali bertemu dan bekerja sama dalam rangkaian acara bertajuk National Aborigines and Islanders Day Observance Committee (NAIDOC) Week 2017 ini berharap, ke depannya akan semakin banyak kolaborasi yang bisa dilakukan demi bisa mengakrabkan hubungan antara Australia dan Indonesia yang sudah terjalin sejak lama. (f)
Baca juga:
Pameran Play In Progress, Menikmati Fase Hidup Lewat Seni
7 Karya Seni Kontemporer Favorit Femina di Venice Art Biennale 2017
Tintin Wulia Hadirkan Wajah Indonesia di Venice Art Biennale 2017
Topic
#seni, #budaya, #pameran