Fakta ini terungkap dalam sebuah studi terkini yang dilakukan oleh National Center for Family and Marriage Research (NCFMR) di Universitas Negeri Bowling Green, AS. Studi ini dilatari oleh program pemerintah AS yang tak tanggung-tanggung menggelontorkan dana sebesar 600 juta dolar di sepanjang tahun 2001 – 2010 untuk mendorong kehidupan pernikahan yang sehat di negara itu. Pemerintah berpendapat, bahwa kehidupan pernikahan yang bahagia dapat melesatkan perekonomian negara.
Hasil studi NCFMR tersebut menyimpulkan kenyataan yang tak seindah harapan. Dana yang sedemikian besar itu rupanya tidak mampu mengutuhkan kembali bahtera rumah tangga yang telah retak, atau membuat pasangan sepakat untuk memperbaiki kehidupan pernikahan mereka. Buktinya, angka pernikahan makin menyusut, dan jumlah perceraian makin meningkat. Bahkan, angka perceraian ini bertambah seiring dengan terjadinya perbaikan ekonomi.
Angka perceraian di Indonesia sendiri termasuk yang tertinggi di Asia Pasifik! Data Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI tahun 2010 mengungkap bahwa selama 2005 sampai 2010, atau rata-rata satu dari 10 pasangan menikah berakhir dengan perceraian di pengadilan. Dari dua juta pasangan menikah tahun 2010 saja, 285.184 pasangan bercerai. Ketidakharmonisan menjadi alasan tertinggi.
Namun, di tengah semua badai itu Scott dan Zelda sepakat untuk tetap ada bagi satu sama lain. Scott akan melakukan apapun untuk bisa membayar perawatan istrinya di rumah sakit terbaik. Zelda, meski sering bertabrakan karya dengan sang suami dan di tengah keterpurukan akibat schizophrenia, tak pernah berhenti memberikan dukungan terbaiknya terhadap karya-karya Scott. Meski hidup terpisah, surat cinta di antara keduanya terus mengalir.
Keduanya memilih untuk menghadapi badai itu dengan tetap mengikatkan hati dan komitmen mereka terhadap satu sama lain, hingga ajal memisahkan. Pada 21 Desember 1940, di usia ke-44, Scott meninggal akibat serangan jantung. Delapan tahun kemudian, Zelda menyusul sebagai salah satu korban kebakaran di RS Highland, tempatnya dirawat. Pertanyaannya saat ini adalah, It’s easy to walk away, but what if you stay?
Naomi Jayalaksana
Foto: Corbis