Jika Amerika punya Oscar, maka Prancis punya Cannes Film Festival, sebuah penghargaan tahunan untuk film dan sineas terbaik seluruh dunia. Festival ini diselenggarakan di Palais des Festival, Cannes, Prancis, 16 hingga 27 Mei 2012.
Pelaku industri film dari berbagai negara ikut serta dalam festival kelas dunia ini termasuk dari Indonesia. Beberapa di antaranya Fauzan Zidni, produser film Republik Twitter, Putrama Tuta, sutradara film Catatan Harian Si Boy, dan Prisia Nasution, aktris, pemeran utama film Sang Penari. Ketiganya mempromosikan film mereka agar bisa dilirik produser film dari berbagai negara.
Salah satu film Indonesia, Lewat Djam Malam, berhasil merebut perhatian para pencinta film klasik. Film karya Usmar Ismail itu mendapat banyak pujian, tak terkecuali Alexander Payne, sutradara asal Amerika Serikat, yang juga juri film feature di Cannes. “Saya tepat memilih sajian bermutu dan penuh emosi,” ungkap Payne.
Master film Lewat Djam Malam yang diproduksi tahun 1954 itu tadinya tersimpan dalam kondisi rusak di Pusat Dokumentasi dan Informasi Perfilman Indonesia (Sinematek), Jakarta. Beruntung, pada Agustus 2011, National Museum of Singapore (NMS) bersama dengan World Cinema Foundation berhasil merestorasinya secara digital di laboratorium L’Immagine Ritrovata, Bologna, Italia. Restorasi film tersebut merupakan bagian dari usaha NMS untuk melestarikan warisan sinema Asia Tenggara. (DAR/Foto:SINEMATEK)