“Inilah konsep kebaya modern yang saya tawarkan, yaitu menerapkan pola lama atau pola klasik kebaya dengan pemilihan bahan yang prima dan padu padan yang mementingkan harmoni. Sebab, memang harus ada upaya dari kita agar kebaya tetap lestari. Sebagai contoh, kerepotan Anda ketika memakai kebaya dan menyanggul rambut agar serasi merupakan kontribusi yang besar untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan kebaya dengan lebih baik di era globalisasi ini,” papar Edo, lugas.
Lantas, apakah kebaya klasik akan kembali populer, terutama di kalangan generasi muda yang menjadi pelestari budaya? Didiet Maulana, perancang di balik label Ikat Indonesia yang belakangan dikenal karena kreasi kebaya klasiknya yang menawan, mengatakan, “Saya akui bahwa dalam 5 tahun terakhir kebaya menunjukkan perkembangan yang meningkat, baik dari segi permintaan maupun dari jumlah apresiasi di masyarakat. Hal itu ditunjukkan lewat berbagai halaman mode dan fashion show yang didedikasikan untuk kebaya. Generasi muda juga terlihat kian bersemangat berkebaya. Ini adalah paradigma yang sangat baik untuk pelestarian kebaya.“
Didiet menambahkan bahwa ketika mengolah kebaya, ia selalu ingat pesan inspiratornya, Edward Hutabarat. “Beliau berpesan bahwa ketika kita mengolah kain maupun bentuk siluet Indonesia, maka pelajari akarnya. Itulah yang sekarang saya lakukan dalam mengeksplorasi bentuk kebaya klasik Indonesia lewat berbagai dokumentasi yang tersebar. Agar diterima oleh generasi muda, kebaya klasik saya olah lewat teknik dan material modern yang applicable tanpa harus meninggalkan ide dan identitas aslinya.” (f)