Masalah justru biasanya datang dari kita, yaitu kita berharap nantinya keluarganya akan menerima kita dengan baik. Padahal, tidak selalu seperti itu. Sering kali kita tidak menjadi diri sendiri, yang kemudian membuat kita salah bertingkah laku. Ini yang membuat kita tidak lulus ‘ujian’.
Padahal, ini kesempatan untuk mencari tahu siapa kekasih kita. Jadi, datanglah ke rumah calon mertua dengan niat mengobservasi. Observasi membuat kita jadi pendengar yang baik, membuat kita jadi lebih terbuka. Dengan demikian, lingkungannya menganggap kita, “Oh, orangnya bisa mendengarkan, tidak mencari-cari perhatian.” Observasi membuat kita jadi tahu pola keluarganya seperti apa. Kalau keluarganya tipe acuh tak acuh, jangan diajak ngobrol terus, misalnya. Tapi, apa pun tipe keluarganya, berpakaian dan bersikap sopan adalah penting.
Untuk bisa dekat dengan lingkungan calon suami, harus pintar melihat siapa yang paling mudah didekati. Jika adiknya, maka ajaklah adiknya pergi sesekali, misalnya makan atau nonton bareng. Setelah sukses, dekati anggota keluarga lain, misalnya kakaknya. Jadi, memang melalui proses. Jika calon mertua terlihat jutek, tidak perlu bereaksi berlebihan. Jangan berusaha mendekatinya, ketika dia belum terbuka menerima Anda.
Lalu, sampai kapan berusaha? Jika Anda sungguh ingin mempertahankan hubungan, maka pertahankan. Jika dalam jangka waktu 2-3 tahun keluarganya masih belum mau menerima, pasti ada penyebabnya. Tidak ada salahnya mengintrospeksi diri. Tanyakan pada pasangan, pendapat lingkungannya tentang Anda, dan apa yang bisa dibenahi. Jika memang ada suatu hal pada diri Anda yang perlu diubah demi kebaikan, mengapa tidak?
Afra R. Arumdati