Upaya untuk mengentaskan kemiskinan datang dari berbagai pihak. Salah satunya, program Kampung Damai yang diinisiasi oleh Wahid Foundation dan didukung oleh UN Women, Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Kampung Damai memberikan akses pembiayaan modal usaha kepada kaum miskin lewat Koperasi Cinta Damai.
Berbekal KTP dan kartu keluarga, anggota Kocida dapat meminjam modal usaha tanpa agunan mulai dari Rp1juta. Angka pinjaman ini mungkin terdengar tidak besar bagi kelas menengah. Namun, nyatanya sangat berarti bagi komunitas marginal.
Dengan jangka waktu pinjaman 6 bulan hingga 1 tahun, Nurhanis, salah satu anggota Kocida Depok Arrofi II mengakui bantuan modal ini sangat membantunya menjalankan usaha.
Nurhanis memproduksi camilan berupa kerupuk rangining dari tepung beras yang ia jual seharga Rp25ribu per bungkus, serta kue nastar dengan harga Rp70ribu per stoples. Rangining, camilan bulat serupa kerupuk ini sering disajikan di acara-acara khusus, seperti pengajian, pesta pernikahan dan hari raya.
“Cicilannya sekitar Rp25ribu per minggu tergantung besar pinjaman, jadi tidak terlalu berat buat saya. Tim Pembina Kocida juga sangat fleksibel, jika peminjam terlambat membayar cicilan satu atau dua hari dari tanggal jatuh tempo masih dimaklumi,” kisah Nurhanis saat ditemui femina di Pameran UKM Kampung Damai binaan Wahid Foundation di Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura pada Minggu (8/10) lalu.
Meski sama-sama berasal dari Jawa Barat, rangining memang belum sepopuler rengginang yang berbahan ketan, sehingga masih jarang ditemui di pasaran. Menurut Nurhanis, meski ia memproduksi rangining bersama saudaranya setiap hari, namun pesanan baru akan ramai saat Lebaran.
Ia mengungkapkan rasa bahagianya saat produknya dikomentari oleh Presiden RI, Joko Widodo yang juga menghadiri perayaan Hari Perdamaian Internasional. “Saya tak mengira Pak Jokowi akan mampir dan melihat produk kami,” katanya antusias.
Berbeda dengan koperasi simpan pinjam biasa, setiap minggu Koperasi Cinta Damai memberikan pembekalan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan bagi anggotanya agar lebih berdaya. Dengan memberikan pembiayaan tanpa agunan, Kocida juga menekankan kepercayaan pada anggotanya yang berasal dari kelompok tertinggal, tidak mampu, dan miskin.
“Menumbuhkan rasa saling menghormati akan keragaman pada anggota kelompok akan menjadi fondasi untuk membangun masyarakat yang sejahtera, toleran, dan cinta damai,” ujar Lily Puspasari, Programme Specialist UN Women yang turut mendukung program ini.
Konsep serupa telah sukses diusung oleh Grameen Bank di Bangladesh yang dirintis oleh peraih penghargaan Nobel, Muhammad Yunus dan membuktikan bahwa pemberian kredit pada kaum miskin bukan hal mustahil. Bahkan, telah mendorong pemutusan lingkaran kemiskinan dan memisahkan mereka dari jerat rentenir.
Kaum miskin sulit mengakses pembiayaan dari perbankan umum karena dinilai belum mampu mengendalikan pembiayaan dan sulit mengembalikan pinjaman. Akhirnya mereka banyak bergantung dengan utang pada rentenir dan makin sulit melepaskan diri dari jerat kemiskinan.
Kocida Depok telah berjalan selama tiga tahun dan kini telah memiliki lebih dari 100 anggota dari berbagai latar belakang. Koperasi Cinta Damai juga telah hadir di Jawa Barat (Bogor dan Depok), Jawa Tengah (Solo Raya, Sukoharjo, Surakarta) dan Jawa Timur (Malang dan Sumenep). Para anggota Kocida menjalankan usaha mikro yang beragam, mulai dari produksi makanan dan kerajinan seperti batik dan aneka produk rajut. (f)
Baca juga:
Hari Perdamaian Internasional 2017: Presiden Jokowi Ajak Perempuan Jadi Agen Perdamaian
Topic
#wahidfoundation, #toleransi